Peneliti Mencoba Melindungi Kesehatan Umum dengan Mempelajari Perubahan Iklim

Para peneliti universitas di seluruh Amerika mempelajarinya dan yang ditemukan para peneliti itu mungkin dapat menolong orang melindungi kesehatan mereka selagi cuaca berubah. (Foto: ilustrasi)

Badan Kesehatan Dunia telah lama memantau perubahan iklim. Para peneliti universitas di seluruh Amerika mempelajarinya dan yang ditemukan para peneliti itu mungkin dapat menolong orang melindungi kesehatan mereka selagi cuaca berubah.

Perubahan iklim tidak hanya berubahnya suhu dunia, namun juga perubahan cuaca. Ilmuwan mengatakan, kita bisa mengalami peristiwa-peristiwa cuaca yang ekstrim. Sebagian daerah akan mendapat hujan lebat dan banjir, sementara daerah lainnya akan lebih panas, lebih kering dan mudah mengalami kekeringan dan kebakaran hutan. George Luber dari Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit Amerika memusatkan penelitiannya pada perubahan iklim.

"Perubahan iklim punya pengaruh besar pada kesehatan, baik sebagai akibat langsung pada kesehatan yang disebabkan perubahan iklim ekstrim seperti gelombang panas sampai curah hujan lebat yang mengakibatkan banjir, badai di laut, dan topan, maupun perubahan tidak langsung, yang mengubah ekologi penyakit, atau ekosistem yang penting dalam menjaga lingkungan yang sehat," ujarnya.

Salah satu contoh adalah penyakit Lyme, yang disebabkan oleh bakteri yang menyebar melalui gigitan kutu rusa. Pemanasan iklim dan perubahan suhu musiman memperluas jangkauan kutu itu.

"Kami melihat lebih banyak penderita. Kami melihat kutu-kutu itu bergerak kearah utara dan Barat Tengah Amerika, sesuai dengan perubahan cuaca musiman," tambah Luber.

Para ilmuwan melihat lebih banyak hujan lebat di beberapa daerah, dan kekeringan di lainnya. Hujan dapat menciptakan banjir di daerah yeng lebih rendah dimana mana nyamuk berkembang biak. Badai, banjir dan kekeringan dapat menciptakan kondisi yang kondusif untuk berkembangnya penyakit-penyakit yang disebabkan air kotor, nyamuk dan tikus. Para ilmuwan mengatakan, badai dan banjir bisa meningkatkan penyebaran kolera di negara-negara berkembang karena banjir akan mencemari air.

Penelitian lain menyangkut penyebaran malaria. Sebagian besar Afrika kini berisiko tinggi terkena penularan malaria, menurut studi pemetaan baru yang dilakukan University of Florida. Penelitian menunjukkan malaria akan tiba di daerah baru, berisiko pada populasi baru dan memerlukan perubahan dalam cara penanganan kesehatan masyarakat. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa beberapa bagian Afrika akan menjadi terlalu panas bagi nyamuk-nyamuk malaria. Luber mengatakan, bagian dari pekerjaannya termasuk membantu masyarakat mempersiapkan diri untuk perubahan itu, sehingga orang dapat mengambil langkah agar tetap sehat. [ps/ii]