Pemimpin Negara-Negara APEC Manfaatkan Absennya Obama

Dari kiri ke kanan: Menteri Perkembangan Ekonomi Rusia Alexei Ulyukaev, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Kepala Eksekutif Hong Kong Leung Chun-ying dan Presiden Chile Sebastian Pinera serta Perdana Menteri Kanada Stephen Harper. (AP/Romeo Gacad)

Para pemimpin ini mendesakkan upaya yang lebih cepat untuk reformasi-reformasi untuk mendobrak batasan-batasan perdagangan dan meningkatkan daya saing.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan para pemimpin negara-negara Asia Pasifik lainnya maju di panggung utama Senin (7/10) pada Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) setelah Presiden Amerika Serikat absen karena penutupan pemerintah AS.

Para pemimpin ini mendesakkan upaya yang lebih cepat untuk reformasi-reformasi yang mendobrak batasan-batasan perdagangan dan meningkatkan daya saing.

Abe, yang kesulitan mengeluarkan Jepang dari stagnasi ekonomi selama dua dekade terakhir, berjanji untuk maju terus dengan reformasi-reformasi yang ia janjikan sebagai bagian dari strategi ekonomi yang disebut “Abenomics.”

“Tidak mudah bagi sebuah negara untuk terjebak dalam deflasi selama 15 tahun untuk keluar dari keadaan itu,” ujar Abe. Ia menjanjikan langkah-langkah untuk menjamin kenaikan pajak penjualan Jepang, yang telah mendorong kepercayaan konsumen ke rekor terendah, tidak akan menggagalkan pemulihan ekonomi yang telah ia upayakan sejak ia menjabat Desember lalu.

“Sekarang kita dapat menghapuskan atmosfer gelap dari ekonomi Jepang,” ujar Abe.

Berbicara di depan para pengusaha dan pemimpin politik, ia juga meyakinkan negara-negara Asia lain, terutama mereka yang menderita penjajahan dan invasi sebelum dan selama Perang Dunia II, mengenai upaya-upaya Jepang untuk meningkatkan kondisi militernya.

“Kami beraspirasi untuk menjadi kontributor proaktif terhadap stabilitas dan keamanan dunia sebagai sebuah negara yang mematuhi norma-norma internasional,” ujar Abe.

Pernyataan itu juga berlaku sebagai sindiran terhadap China, dengan serangan laut ke pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur yang telah membuat murka Jepang. Hubungan antara dua ekonomi terbesar di Asia itu dingin sampai saat ini, dengan tidak ada tanda-tanda masing-masing pihak mau berkompromi mengenai isu tersebut.

Beranggotakan 21 negara, APEC merupakan kesempatan bagi pemimpin-pemimpin di wilayah ini untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mendorong kerja sama perdagangan dan bisnis, sambil menyelesaikan isu-isu antar negara dalam pertemuan-pertemuan sampingan.

Bagi Obama, seharusnya ini jadi kesempatan untuk menggarisbawahi perhatian AS yang diperbarui terhadap Asia sebagai penyeimbang meningkatnya kekuatan militer, politik dan ekonomi China. Namun pesan itu dirusak oleh penutupan pemerintahan AS yang memaksa Obama untuk membatalkan perjalanannya ke Indonesia dan tiga negara lain.

Pada Senin, perhatian akan difokuskan pada pidato-pidato para pemimpin dari dua negara saingan utama AS, yaitu Vladimir Putin dari Rusia dan Xi Jinping dari China. Menteri Luar Negeri AS John Kerry akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan Obama.

Wilayah Perdagangan Bebas

Sementara itu, puluhan negara yang terlibat dalam Kemitraan Trans Pasifik yang dipimpin AS melakukan tawar menawar terkait rencana-rencana mereka untuk sebuah wilayah perdagangan bebas yang pada akhirnya akan mencakup seluruh wilayah.

Sebuah rancangan deklarasi KTT APEC juga menyerukan sedikitnya kemajuan parsial dari pembicaraan-pembicaraan yang tertunda mengenai penghapusan batasan-batasan perdagangan dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan Indonesia, yang tidak terlibat dalam inisiatif perdagangan bebas tersebut namun merupakan bagian dari kelompok regional yang terpisah, tidak menentang pakta Pasifik tersebut namun memerlukan lebih banyak waktu untuk memutuskan apakah negara ini akan bergabung atau tidak.

“Kami perlu mengevaluasi apakah ini bermanfaat untuk kami. Kami sedang mengamati,” ujar Gita pada kantor berita The Associated Press.

Industri garmen Indonesia menderita akibat sebuah perjanjian perdagangan bebas yang membuat Indonesia membuka pasarnya terhadap ekspor-ekspor yang lebih murah dari China.

“Ya, memang ada defisit, tapi jangan lupa bahwa setiap dolar yang dihasilkan dari perdagangan melibatkan penciptaan lapangan kerja,” ujar Gita.

“Saya kira fakta bahwa China merupakan mitra perdagangan terbesar kami adalah sangat-sangat penting bagi Indonesia.”

Ia menambahkan bahwa selama kunjungan yang dilakukan oleh Presiden Jinping baru-baru ini, kedua belah pihak menandatangani perjanjian mengenai usaha-usaha gabungan yang berjumlah sekitar US$22 miliar sampai $23 miliar.

“Usaha-usaha ini merupakan hal yang riil dan modal akan mengalir ke dalam sektor-sektor yang bernilai tambah bagi Indonesia,” ujarnya.

Tujuan akhir APEC adalah “wilayah perdagangan bebas di Pasifik” – kemungkinan yang masih jauh akibat berbagai isu teritorial dan perbedaan-perbedaan lainnya di antara para anggota.

Gita mengatakan ada kemungkinan bahwa orang-orang lebih mempercayai keberadaan pesawat angkasa luar (UFO) dibandingkan dengan manfaat perdagangan bebas. Bagi negara-negara berkembang khususnya, di mana beberapa industri kurang berdaya saing dibandingkan dengan negara-negara kaya, akan lebih mudah berarguman mengenai perdagangan bebas jika ada tanda-tanda jelas mengenai manfaatnya, seperti adanya pabrik dan lapangan pekerjaan, ujarnya. (AP/Elaine Kurtenbach)