Pemerintah AS Selidiki 'Sindrom Havana' Terkait Penundaan Perjalanan Wapres AS ke Vietnam

Wapres AS Kamala Harris bertolak ke Vietnam dari Singapura, 24 Agustus 2021.

Para pejabat AS terus menyelidiki dua kemungkinan insiden kesehatan, disebut "Sindrom Havana" yang menunda perjalanan Wakil Presiden Kamala Harris dari Singapura ke Vietnam.

Investigasi itu masih dalam tahap awal dan para pejabat menyatakan lawatan Harris tetap aman sesuai jadwal, ke Vietnam, setelah sempat terhenti beberapa jam, Selasa (24/8).

Sindrom Havana adalah nama untuk ruam yang timbul dalam rangkaian insiden kesehatan misterius. Sindrom itu pertama kali dilaporkan diplomat Amerika dan pegawai pemerintah lainnya di ibukota Kuba, Havana, mulai tahun 2016.

Harris, dalam lawatannya meyakinkan sekutu Amerika di Asia setelah evakuasi pasukan AS dari Afghanistan yang penuh gejolak.

Beberapa pejabat AS belum mengonfirmasi kasus "Sindrom Havana" terbaru yang dilaporkan. Sindrom itu tidak terjadi pada siapa pun yang bepergian dengan Harris, kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki, Selasa (24/8).

Juru Bicara Gedung Putih, Jen Psaki.

Sejauh ini terdapat dua kasus terpisah mengenai gangguan kesehatan yang tidak dapat dijelaskan yang dilaporkan personel AS di Vietnam dalam seminggu terakhir, kata para pejabat AS. Belum jelas siapa yang terkena dampak sindrom tersebut, meskipun beberapa pejabat mengatakan bahwa pengidapnya bukan orang yang bekerja untuk wakil presiden atau Gedung Putih. Pejabat-pejabat itu tidak berwenang berbicara secara terbuka terkait penyelidikan yang sedang berlangsung.

Harris Rabu (25/8) muncul di hadapan staf diplomatik AS di Hanoi, untuk menandatangani sewa kedutaan baru di Hanoi. Wapres AS itu tidak secara langsung mengomentari soal Sindrom Havana namun berterima kasih kepada mereka yang bekerja untuk AS di seluruh dunia.

Beberapa dari mereka yang mengidap "Sindrom Havana" melaporkan mendengar suara melengking yang keras dan merasakan tekanan yang kuat di wajah. Itu terkadang disertai rasa nyeri, mual, dan pusing.

Gejala serupa yang tidak dapat dijelaskan itu telah dilaporkan oleh warga Amerika yang bertugas di negara lain, termasuk Jerman, Austria, Rusia, dan Tiongkok. Ada berbagai teori untuk menjelaskan insiden itu, termasuk gelombang mikro yang terarah atau serangan sonic, kemungkinan sebagai bagian dari upaya spionase atau peretasan. [mg/ka]