Pemberontak Muslim Filipina Serang Provinsi Kedua

Para petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api yang menghancurkan rumah-rumah penduduk, sementara tentara pemerintah terus memerangi pemberontak muslim di kawasan Zamboanga, Filipina selatan (12/9).

Pemberontak Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) menyerang provinsi pulau Basilan, 30 kilometer dari kota pelabuhan penting Zamboanga, Filipina selatan, Kamis (12/9).
Para pejabat mengatakan pemberontak Muslim telah menyerang kota yang kedua di Filipina selatan, sementara mereka terus menahan banyak sandera dalam konfrontasi dengan pasukan pemerintah di kota di dekatnya.

Wakil Walikota Lamitan di provinsi Basilan, Roderick Furigay, mengatakan pemberontak menyerang pinggir kota yang berpenduduk mayoritas Kristen itu, Kamis pagi (12/9). Lima orang dilaporkan hilang dan dua orang luka-luka dalam insiden tersebut.

Pulau Basilan terletak sekitar 30 kilometer dari kota pelabuhan penting Zamboanga, dimana kira-kira 200 orang pemberontak MNLF menyandera banyak warga sipil sejak hari Senin, ketika pasukan pemerintah memukul mundur usaha mereka untuk menaikkan bendera pemberontak di balai kota.

Sementara itu, konfrontasi antara pasukan Filipina dan pemberontak Muslim terus berlanjut memasuki hari keempat, di pulau Mindanao, Filipina selatan. Tentara terus berupaya memukul mundur sekitar 200 laskar yang telah menyandera banyak kaum sipil dari beberapa perkampungan di Kota Zamboanga.

Para pejabat mengatakan paling sedikit 13 ribu orang penduduk telah melarikan diri dari pertempuran, yang mengakibatkan sebagian besar kota itu tidak berpenghuni dan mirip dengan zona perang. Sedikitnya sembilan orang telah meninggal dalam konfrontasi itu. Para pemberontak mengatakan bahwa masalah tersebut sebaiknya diselesaikan oleh para penengah internasional.

Walikota Kota Zamboanga, Maria Isaballe Climaco, dalam pernyataan di Facebook hari Kamis (12/9), mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melangsungkan pembicaraan dengan para tokoh pemberontak dari Front Pembebasan Nasional Moro, yang sudah lama memperjuangkan otonomi yang lebih besar di selatan yang mayoritas Muslim itu.

JV Faustino, redaktur surat kabar Zamboanga Today, mengatakan kepada VOA bahwa suasana disana tegang.

Pemberontak menandatangani kesepakatan damai tahun 1996, tetapi pemimpin faksi mereka menuduh pemerintah mengingkari janji untuk membangun daerah yang miskin dan rusuh itu.

Kolonel Rodrigo Gregorio dari militer Filipina, mengatakan saat ini belum ada upaya untuk merebut kembali daerah-daerah yang dikuasai pemberontak, yang dikatakan menggunakan sebagian sandera sebagai tameng manusia.

Aksi Pemberontak Filipina Masuki Hari Keempat