Pelacakan Mundur Pesawat MH370 Mustahil Dilakukan

  • Associated Press

Polisi mengawal kendaraan bandara yang membawa potongan benda yang diduga berasal dari pesawat Boeing 777 yang hanyut ke Pulau Reunion, di bandara Roland Garros di Saint-Marie, Pulau Reunion (31/7). (AFP/Richard Bouhet)

Meski penemuan di Pulau Reunion cocok dengan pemodelan skala besar mengenai bagaimana puing-puing hanyut di Samudera Hindia, masih ada sejumlah variabel asing dalam perjalanan sebuah puing.

Jika pihak berwenang mengukuhkan bahwa potongan sayap pesawat yang ditemukan di pulau terpencil di Samudera Hindia merupakan bagian dari pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370, yang hilang lebih dari 500 hari lalu, dapatkah para ilmuwan melacak mundur jalur puing-puing dan menunjukkan bangkai pesawat?

Ahli oseanografi Australia David Griffin megnatakan penggunaan pengetahuan arus samudera seperti itu sama dengan menggunakan pemodelan arus kerumunan orang di kota besar untuk mencoba menduga jalur perjalanan seseorang. Pendeknya, hal itu hampir mustahil.

Meski Griffin dan pakar oseanografi lainnya mengatakan penemuan di Pulau Reunion cocok dengan pemodelan skala besar mengenai bagaimana puing-puing hanyut di Samudera Hindia, masih ada sejumlah variabel asing dalam perjalanan sebuah puing.

Sebagai contoh, meskipun Pulau Reunion berjarak 4.200 kilometer dari lokasi pencarian pesawat di lepas pantai Australia, kemungkinan besar potongan sayap itu telah berbelok-belok lebih jauh dari itu.

Para pakar oseanografi mengatakan arus-arus di Samudera Hindia secara umum mengalir berlawan dengan arah jarum jam, yang berarti bahwa jika psawat jatuh dekat tempat yang diduga pihak berwenang, potongan pesawat itu mungkin telah hanyut ke utara ke arah Pulau Sumatra sebelum membelok ke barat, melewati India dan akhirnya mengarah ke selatan menuju Pulau Reunion.

Bahkan dengan pola seperti itu, perjalanan puing tadi kemungkinan besar lebih berliku-liku. Hal itu disebabkan karena sejumlah besar riak dan badai di Samudera Hindia, banyak diantaranya tidak tercatat dengan baik. Belum lagi perubahan pasang surut dan saluran-saluran air yang tampak acak dan bergerak berlawanan dengan arus secara umum.

Griffin mengatakan, bahkan variabel-variabel seperti berapa besar mencuatnya puing-puing di atas permukaan akan mempengaruhi seberapa banyak angin yang ditangkapnya, dan bentuknya akan mempengaruhi seberapa baik ia mengikuti gelombang.

"Pekerjaan yang coba kita lakukan sekarang ini adalah untuk membalikkan pemodelan dan melacaknya secara mundur," ujar Griffin, yang bekerja pada badan sains nasional Australia, CSIRO. "Namun sumbernya dapat ada di mana saja di Samudera Hindia bagian timur."

Griffin merupakan salah satu dari ilmuwan yang ditugasi dalam waktu beberapa minggu setelah MH370 hilang dengan mencoba memperkirakan di mana puing-puing pesawat kira-kira mengapung. Namun pencarian dari udara yang ekstensif saat itu gagal menemukan satu potongan pun. Sejak saat itu, ujarnya, kesalahan atau bias sekecil apapun dalam pemodelan mereka akan bertambah seiring waktu, bahkan sebelum variabel lain dipertimbangkan.

Profesor Charitha Pattiaratchi, ahli oseanografi dari University of Western Australia, yang juga menggunakan pemodelan komputer tahun lalu, berhasil memperkirakan bahwa puing pesawat mungkin akan berakhir dekat Madagaskar atau Reunion saat ini. Ia juga mencoba membalikkan pemodelan yang telah dilakukannya, namun mengatakan bahwa hal itu mungkin berakhir menjadi latihan akademis saja.

"Dalam hal pencarian lokasi terakhir pesawat, hal itu tidak membuat banyak perbedaan," ujarnya. "Hal itu membantu menyangkal teori-teori konspirasi, dan memberikan kita keyakinan bahwa kita mencari di tempat yang benar."

Para pencari telah menggunakan alat sonar dan video untuk menyisir dasar samudera terpencil yang luas di lepas pantai Australia setelah sebuah tim penyelidik internasional, yang menganalisis transmisi-transmisi antara pesawat dan satelit, mengkalkulasi bahwa MH370 kemungkinan jatuh di situ. Namun setelah pencarian selama berbulan-bulan, mereka tidak menemukan tanda-tanda pesawat tersebut.

Pattiaratchi mengatakan jika para pencari di sisi lain Samudera Hindia menemukan lebih banyak potongan pesawat, hal itu dapat membantu membuat pola hanyutan.

Sebuah helikopter pihak berwajib Perancis telah mencari di perairan sekitar pulau Reunion, berharap melihat lebih banyak puing pesawat. Pattiarachi mengatakan ia berharap pihak berwenang memperluas wilayah pencarian, termasuk mencari di sepanjang pesisir timur Madagaskar.

Selain itu mungkin ada aspek-aspek lain dari potongan sayap yang menghasilkan petunjuk, menurut Robin Beaman, geologis kelautan di James Cook University di Australia.

Ia mengatakan makhluk-makhluk yang menempel di potongan pesawat patut dipelajari untuk memperkirakan usia mereka, yang bisa mengindikasikan berapa lama potongan itu hanyut, dan apakah makhluk-makhluk itu hanya ada di bagian samudera tertentu.

Namun ia menduga makhluk-makhluk itu sepertinya dari varietas "kosmopolitan," yang dapat ditemukan di banyak wilayah samudera.

Ahli oseanografi Arnold Gordon dari Observatorium Bumi Lamont-Doherty di Columbia University, AS, mengatakan jumlah makhluk laut di potongan pesawat itu konsisten dengan potongan-potongan lain yang ia lihat yang telah ada di samudera itu selama lebih dari setahun.

"Enam belas bulan telah berlalu sejat jatuhnya pesawat dan semua hal sepertinya sesuai. Jadi saya kira, probabilitas bahwa potongan itu berasal dari MH370 cukup tinggi."

Gordon mengatakan penemuan itu akan memberikan kepercayaan diri kepada para pencari di dasar samudera bahwa mereka mencari di tempat yang benar. Ia mengatakan ada kemungkinan, meski sangat kecil, bahwa akan ada lebih banyak puing-puing hanyut ke Reunion. Ia juga berharap para pencari melihat ke pulau-pulau sekitarnya untuk mencari potongan pesawat.

Bahkan, menurutnya, pencarian untuk MH370 mungkin telah menjalani satu lingkaran penuh.

Akibat arus-arus samudera yang berlawanan dengan arah jarum jam, ujar Gordon, potongan yang masih tersisa mungkin telah berputar dan mengarah ke timur. Hal itu berarti mereka mungkin telah kembali ke arah Australia dan ke tempat pencarian pertama dimulai.