PBB Serukan Myanmar Selidiki Kejahatan Perang Tentaranya

Um homem perto de vidros no chão após a explosão ter quebrado janelas num bairro residencial, em Tianjin, China, Quinta-feira, 13 de Agosto, 2015.&nbsp;<br /> &nbsp;

PBB dan organisasi-organisasi lain menyatakan keprihatinan mengenai laporan-laporan bahwa tentara Myanmar memperkosa penduduk sipil dalam konflik di negara itu.
Pasukan pemberontak etnis di negara bagian Kachin utara, Myanmar adalah kelompok pemberontak terakhir yang tidak mau menandatangani gencatan senjata dengan pemerintah. Dalam pekan-pekan belakangan, pertempuran memuncak, menyebabkan beberapa ribu penduduk sipil melarikan diri.

Sementara itu PBB dan organisasi-organisasi lain menyatakan keprihatinan mengenai laporan-laporan bahwa tentara Myanmar dalam konflik itu memperkosa penduduk sipil.

Pekan ini, PBB bergabung dengan organisasi-organisasi HAM internasional dalam menyerukan kepada Pemerintah Myanmar agar menyelidiki kejahatan perang dan tindak kekerasan seksual yang dilakukan militer Myanmar.

Dewan Keamanan PBB hari Jumat diperkirakan membahas sebuah laporan di mana Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon meminta Pemerintah Myanmar untuk menyelidiki sepenuhnya tuduhan tindak kekerasan seksual yang dilakukan oleh tentara Myanmar.

Seruan itu disampaikan di tengah-tengah berlangsungnya pertempuran di daerah-daerah yang dikuasai pemberontak di negara bagian Kachin, dimana para pengamat memperkirakan paling sedikit 3000 orang telah melarikan diri untuk menghindari pertempuran antara tentara Myanmar dan pemberontak Kachin Independence Army atau KIA.

Badan bantuan medis 'Free Burma Rangers' telah selama lebih dari sepuluh tahun mengirim tim medis dan dokumentasi ke daerah-daerah yang dikoyak perang.

Seorang pemimpin tim mengatakan timnya mewawancarai seorang remaja belasan tahun yang menjadi korban pemerkosaan yang telah melarikan diri dari sebuah desa yang diserang tentara.

”Orang bisa kehilangan anggota keluarga, bisa kehilangan nyawa, bisa disiksa sampai mati, tentu saja, orang bisa kehilangan harta milik, mereka takut mungkin akan diperkosa, dan mungkin bisa dibunuh. Ini semua adalah hal-hal nyata yang terjadi, dan bagi sebagian orang ini tidak lagi merupakan kemungkinan, tetapi telah terjadi. Jadi saya rasa, apa yang terjadi merupakan kejahatan yang harus dihentikan,” demikian papar perwakilan 'Free Burma Rangers'.

Tim Dokumentasi 'Free Burma Rangers' menyatakan, mereka juga menemukan bukti terjadinya penyiksaan di desa-desa yang diserang belum lama ini.

Juru bicara Pemerintah Myanmar Ye Htut mengatakan kepada VOA, serangan-serangan yang dilakukan tentara di wilayah-wilayah pemberontak adalah pembalasan atas kematian seorang perwira tinggi yang dibunuh selagi tidak bertugas.

Juru bicara itu mengatakan, pemerintah Myanmar, akan mengambil tindakan terhadap tentara yang didapati melakukan kejahatan.

“Saya bisa menjamin, pemerintah dan tentara Myanmar menerapkan kebijakan “toleransi nol” dalam hal penyiksaan warga sipil dan penggunaan pemerkosaan sebagai senjata. Jadi kalau mereka memberikan bukti mengenai isu ini, kami siap mengambil tindakan terhadap mereka yang melakukan tindak kejahatan ini,” demikian kata Ye Htut.

Berbicara kepada VOA di Washington, Jenderal KIA Gun Maw menyatakan keprihatinan bahwa pertempuran yang terus berlangsung bisa membahayakan perundingan perdamaian yang telah direncanakan akan diadakan bulan depan. Ia mengatakan, sebagai anggota Tim Koordinasi Gencatan Senjata Nasional, atau NCCT, dia biasanya pergi ke Rangoon untuk menghadiri pertemuan NCCT, tetapi dia harus mempertimbangkan lagi rencana-rencana itu apabila pertempuran semakin sengit.​