PBB Khawatir Penggunaan Anak dalam Serangan di Nigeria

Polisi Nigeria memeriksa lokasi serangan bunuh diri di sebuah stasiun bus di kota Kano (foto: dok).

Badan anak-anak PBB (UNICEF) Selasa (26/5) mengungkapkan kekhawatiran atas naiknya penggunaan anak dan remaja sebagai pembom bunuh diri dalam konflik di Nigeria.

PBB kini mengkhawatirkan naiknya penggunaan anak sebagai pembom bunuh diri, setelah lonjakan jumlah serangan bunuh diri oleh perempuan militan Boko Haram di Nigeria.

Badan anak-anak PBB (UNICEF) hari Selasa (26/5) mengatakan jumlah laporan serangan bunuh diri telah mencapai 27 dalam lima bulan tahun ini dibandingkan 26 sepanjang tahun lalu.

Laporan itu keluar sementara Kashim Shettima, gubernur propinsi Borno, hari Selasa mengunjungi kota Gubio, lokasi serangan terbaru oleh Boko Haram. Serangan hari Minggu (24/5) itu menewaskan 37 orang, sementara 400 bangunan termasuk masjid dihancurkan dan puluhan kendaraan dibakar.

Shettima menghimbau warga kota itu agar tidak mengungsi. Namun, ratusan warga yang trauma dilaporkan sudah melarikan diri ke Maiduguri, ibukota propinsi Borno, sekitar 90 kilometer dari Gubio.

Seorang warga, Yusuf Modu Gubio, mengatakan banyak anggota militan Boko Haram dalam serangan itu adalah remaja.

Tidak jelas berapa ribu anak laki-laki dan perempuan yang telah diculik Boko Haram, namun selalu ada laporan penculikan baru setiap minggu. UNICEF memperkirakan kira-kira 743.000 anak telah mengungsi akibat pemberontakan militan itu enam tahun ini, 10.000 di antaranya terpisah dari keluarga mereka.

“Anak-anak itu adalah korban, bukan pelaku kejahatan,” kata Jean Gough, wakil UNICEF di Nigeria.