Pasca Kebakaran, Pekerja Bantuan Berusaha Pertemukan Anak-anak Rohingya dengan Orang Tua Mereka

Seorang perempuan pengungsi Rohingya menggendong anaknya di tengah kamp pengungsi Cox's Bazar, Bangladesh, yang terdampak kebakaran besar dua hari lalu, 24 Maret 2021. (REUTERS / Mohammad Ponir Hossain)

Para pekerja bantuan, Rabu (24/3), berusaha menyatukan kembali keluarga-keluarga Muslim Rohingya yang terpisah akibat kebakaran parah yang terjadi di tempat penampungan pengungsi di Bangladesh. Namun usaha mereka tidak berlangsung mudah.

Di tempat penampungan pengungsi terbesar di dunia itu, sekitar 45.000 orang terpaksa lari menyelamatkan diri dari rumah-rumah bambu dan plastik mereka yang hangus dilalap api.

PBB mengatakan, kebakaran pada hari Senin itu menewaskan 15 orang dan menyebabkan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang. Badan dunia itu mencatat, musibah terbaru itu merupakan bencana kebakaran yang terbesar selama setahun terakhir di kamp-kamp padat pengungsi di distrik Cox's Bazar di tenggara Bangladesh.

Tenda darurat yang baru dibangun di kamp pengungsi Rohingya, pasca kebakaran besar yang menghancurkan ribuan tempat penampungan di Cox's Bazar, Bangladesh, 24 Maret 2021. REUTERS / Mohammad Ponir Hossain

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan mereka sedang menyelidiki penyebab kebakaran di Cox Bazar yang sejauh ini diperkirakan menampung sekitar satu juta pengungsi.

"Ini adalah situasi yang sangat sulit dan kami memprihatinkan nasib ribuan pengungsi yang mengalami musibah ini, " kata Ita Schuette, seorang pejabat dari Badan pengungsi PBB, UNHCR, dalam pesan video yang diposkan di Twitter dari Cox's Bazar.

Sejumlah saksi mata mengatakan, pagar kawat berduri yang dipasang di sekitar kamp telah menjebak banyak orang selama kebakaran itu.

Badan-badan kemanusiaan internasional telah menyerukan pencabutan kawat berduri itu, tetapi wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab menangani pengungsi, Mohammad Shamsud Douza, mengatakan pagar tersebut bukanlah masalah besar.

“Penyebaran apinya begitu cepat sehingga orang-orang meninggal seketika, " katanya, sambil menyebutkan bahwa jumlah korban tewas hanya 11. “Jadi bukanlah pagar kawat berduri yang menghalangi mereka melarikan diri."

Pengungsi Rohingya mencari bahan berharga, seperti emas, di antara abu pasca kebakaran besar yang menghancurkan ribuan tempat penampungan di Cox's Bazar, Bangladesh, 24 Maret 2021. REUTERS / Mohammad Ponir Hossain

Dengan alasan kepadatan di kamp-kamp pengungsi, Bangladesh telah mencoba memindahkan 100.000 orang Rohingya ke pulau terpencil di Teluk Benggala yang rawan banjir.

Bangladesh sejauh ini telah memindahkan lebih dari 13.000 pengungsi ke pulau Bhasan Char sejak Desember, meski ditentang kelompok-kelompok bantuan dan keengganan banyak orang Rohingya untuk hijrah ke sana.

Kelompok-kelompok bantuan mengatakan, pulau dataran rendah, yang baru muncul di atas permukaan laut sekitar 20 tahun yang lalu itu, berisiko kewalahan menanggulangi badai sehingga para pengungsi tidak boleh ditempatkan di sana.

Bangladesh sendiri menepis kekhawatiran keamanan atas pulau itu, dan mengatakan telah membangun sistem pertahanan banjir, perumahan, rumah sakit dan tempat-tempat penampungan darurat untuk menghadapi badai. (ab/uh)