Paris Selenggarakan Pelatihan P3K, Persiapan Serangan Teroris

  • Lisa Bryant

Petugas pemadam kebakaran menunjukkan kepada orang-orang bagaimana menempatkan turniket, sementara Menteri Dalam Negeri Bernard Cazeneuve (kedua kanan) turut hadir di acara pelatihan P3K pertama itu di Paris pada 16 Januari 2016, sebagai persiapan bila ada serangan teroris di masa datang.

Sebagian pakar yakin serangan teroris tahun lalu di Paris mungkin hanya sekelumit gambaran dari serangan yang lebih mematikan lagi di masa datang. Di Paris, para petugas pemadam kebakaran menyelenggarakan pelatihan mengenai teknik-teknik P3K.

Sebuah penembakan terjadi di luar sebuah kafe. Kursi-kursi terbalik. Orang-orang terbaring di lantai sebagian mengalami perdarahan hebat. Seorang perempuan menelpon layanan darurat. Ia pernah mendapat pelatihan P3K. Ia sudah diberi tahu apa yang harus dilakukan sampai tim bantuan tiba.

Hentikan pendarahan. Pindahkan orang-orang ke posisi supaya mereka bisa bernafas. Bergerak cepat untuk menangani kasus-kasus yang paling serius.

Skenario seperti itu,yang dihadapi puluhan warga Paris pada siang hari baru-baru ini bukan kejadian nyata. Kelompok itu ikut dalam kursus tehnik P3K selama 2 jam di kantor pemadam kebakaran di lingkungan Montmartre di Paris.

Komandan pemadam kebakaran Fabian Testa menyelenggarakan pelatihan mingguan di enam kantor pemadam kebakaran di sekitar Paris. Kursus itu tidak lama lagi akan diperluas ke daerah-daerah pinggiran di sekitar Paris.
Sampai bulan Juni, petugas pemadam kebakaran berharap bisa melatih sekitar 8.000 penduduk Paris dengan teknik-teknik dasar untuk menyelamatkan nyawa.

Serangan teroris di Paris tahun lalu, mempercepat misi mereka. Serangan 13 November itu menewaskan dan mencederai hampir 500 orang.

Orang-orang berjalan melewati Bataclan Cafe dan gedung konser sehari setelah serangkaian serangan maut di Paris, 14 November 2015.



Testa mengatakan ketika para petugas pemadam kebakaran memberi pertolongan pertama di lokasi serangan, warga Paris menanyakan apa yang mereka bisa bantu. Kursus itu dirancang untuk menunjukkan langkah-langkah sederhana yang bisa menyelamatkan jiwa.

Kursus itu mengajarkan teknik-teknik seperti cara memasang turniket atau memposisikan orang yang cedera sehingga saluran pernafasannya tetap terbuka dan orang itu bisa bernafas. Orang-orang berlatih memberi bantuan pernafasan atau pijatan jantung pada manekin atau boneka menyerupai manusia. Hikmahnya, dalam krisis setiap menit berharga. Ini merupakan pelajaran yang juga diajarkan kepada warga sipil lainnya di tengah-tengah kekhawatiran dunia bahwa serangan teroris akan terjadi lagi.

Gosia Kotula ikut dalam pelatihan itu. Ia tinggal di Paris dan Brussels kota lainnya yang terimbas oleh serangan tahun lalu.

Ia mengatakan, "Sekarang banyak orang mulai ingat kembali mengenai apa yang terjadi. Memikirkan kembalibagaimana seharusnya bereaksi dan yang harus dilakukan jika terjadi sesuatu. Dan kami sadar bahwa kami sebenarnya tidak tahu apa-apa."

Warga Paris lainnya Loic Kempf, sudah sejak lama ingin ikut pelatihan P3K. Ia mengatakan, "Pertama-tama kami belajar untuk memeriksa apakah sesorang pingsan atau tidak. Kemudian kita berusaha memijat jantung dan menggunakan alat pemicu jantung, kami belajar untuk menghentikan perdarahan." [my/jm]