Oposisi Sudan Selatan Ingin Pasukan Penyangga di Juba

Tank-tank hancur akibat pertempuran antara Salva Kiir dan Riek Machar di area Jabel, Juba, Sudan Selatan. (Foto: dok.)

Seorang pejabat oposisi Sudan Selatan mengatakan pemimpin Afrika Timur yang bertemu Jumat (5/8) harus mendukung satu pasukan intervensi asing untuk negara yang dilanda perang itu.

Ketegangan tetap tinggi di ibukota Sudan Selatan setelah bentrokan antara pemberontak dan pasukan pemerintah bulan lalu menewaskan sekitar 300 orang dan menelantarkan puluhan ribu lainnya.

Presiden Salva Kiir mengatakan tambahan tentara asing untuk membantu pasukan penjaga perdamaian PBB tidak diperlukan; tapi, Goi Yooyul Yol, perwakilan oposisi untuk Ethiopia dan Uni Afrika, mengatakan pasukan penyangga perlu untuk memisahkan pasukan pemerintah dan orang-orang dari oposisi, yang disebut SPLM-IO.

Menurut Yooyul Yol, ketika mereka menandatangani perjanjian tahun lalu, mereka merasa kekuatan ketiga itu tidak perlu, dan merasa kedua pasukan itu dapat menjaga keamanan di Juba. Tetapi, apa yang terjadi di Juba pada 8, 9 dan 11 Juli, kata Yooyul Yol, menunjukkan bahwa pemerintah Sudan Selatan, bahkan presiden sendiri tidak bisa mengendalikan pasukannya.

Sekitar 12.000 tentara penjaga perdamaian PBB saat ini ditempatkan di Sudan Selatan.

Para pemimpin blok regional Afrika Timur, IGAD, sedang bertemu di ibukota Ethiopia, Addis Ababa. President Kiir tidak menghadiri pertemuan itu. [as]