Oposisi Parlemen Kuasai Brexit, PM Inggris Serukan Pemilihan Dini

Perdana Menteri Inggris Boris John berbicara setelah pengumuman hasil voting di parlemen di London, Inggris, 3 September 2019. (Foto: Reuters)

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan tidak punya pilihan selain menyerukan pemilihan dini setelah sekelompok anggota parlemen yang memberontak di Parlemen mengambil kendali masalah Brexit.

Pemungutan suara 328 melawan 301 pada Selasa (3/9) di majelis rendah berarti anggota parlemen bisa mengajukan mosi untuk kembali menunda keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan memblokir apa yang dikatakan Johnson keluar "tanpa kesepakatan".

Anggota parlemen oposisi mengatakan niat Johnson untuk meninggalkan Uni Eropa pada 31 Oktober, meskipun tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa, bisa menyebabkan bencana bagi ekonomi Inggris.

Para anggota parlemen yang beroposisi itu termasuk anggota dari partai-partai oposisi dan Partai Konservatif Johnson sendiri.

Anggota parlemen konservatif Philip Lee pada Selasa (3/9) yang secara dramatis beralih ke pihak oposisi mengatakan pemerintah "mengupayakan Brexit yang merusak dengan cara yang tidak berprinsip," mempertaruhkan nyawa dan mata pencaharian.

Sekalipun pembuat undang-undang berhasil menggagalkan Johnson, hasil akhir Brexit masih jauh dari selesai. Pemilihan tahun ini tampaknya akan menjadi hasil dari manuver parlemen yang misterius minggu ini, yang bisa memecah Partai Konservatif Inggris dengan beberapa mantan menteri, termasuk mantan wakil perdana menteri, memisahkan diri dan membentuk Partai Konservatif independen.

Jarang partai-partai oposisi berusaha menghindari pemilihan umum, tetapi Senin (2/9), para saingan Johnson bertemu dan sepakat menjadikan pengesahan undang-undang untuk mencegah Brexit tanpa kesepakatan, sebagai prioritas mereka daripada berusaha menyingkirkan pemerintahan Konservatif yang minoritas di negara itu serta memicu pemilu. [my/pp]