NATO Setuju Perpanjang Operasi Militer di Libya

  • Lisa Bryant

Serangan udara NATO di ibukota Tripoli. NATO sepakat memperpanjang operasi militer di Libya untuk melaksanakan mandat PBB.

Anggota-anggota NATO dan lima negara mitra setuju untuk memperpanjang operasi militer mereka di Libya selama 90 hari dalam upaya melindungi warga sipil dari pasukan pro-pemerintah.

Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen mengatakan keputusan yang diambil oleh aliansi militer yang bermarkas di Brussels itu dan mitra-mitranya, yaitu empat negara Arab dan Swedia, untuk memperpanjang operasi militer di Libya mengirim pesan jelas kepada rejim Khadafi.

“Kami akan melanjutkan operasi untuk melindungi rakyat Libya. Kami akan mendukung upaya untuk memenuhi mandat PBB. Kami akan terus meningkatkan tekanan sampai tugas selesai,” ujar Rasmussen.

Tekanan terhadap Moammar Khadafi juga terdengar pada KTT G-8 minggu lalu di Prancis, di mana Rusia bergabung dengan negara-negara lain dalam menyerukan perginya pemimpin Libya itu. Presiden Amerika Barack Obama mengatakan operasi NATO punya tujuan jelas.

“Kita telah membuat kemajuan dalam operasi militer di Libya, tetapi upaya untuk memenuhi mandat PBB melindungi warga sipil tidak dapat dicapai selama Khadafi masih di Libya, memerintahkan pasukannya menyerang rakyat Libya. Kita bersatu untuk mencapai tujuan itu,” ujar Obama.

Libya nampaknya mulai merasakan tekanan itu. Jumlah pembelot Libya bertambah, setelah kantor berita TAP di Tunisia melaporkan lima lagi perwira militer Libya menyeberangi perbatasan pada akhir minggu. Dari Roma, beberapa tokoh militer senior Libya mengumumkan pembelotan mereka hari Senin dan menghimbau lainnya agar mengikuti tindakan itu.

Namun, Khadafi tetap tidak bergeming. Setelah pertemuan antara pemimpin Libya itu dengan Presiden Afrika Selatan Jacob Zuma, Afrika Selatan mengatakan hari Selasa pemimpin Libya itu tidak akan meninggalkan negerinya. Zuma juga mengecam meningkatnya serangan-serangan pemboman NATO di Libya karena mengecilkan upaya mediasi Afrika.