Militan ISIS Tetap Berkembang Meskipun Kalah Perang

Pasukan Afghanistan menangkap beberapa militan ISIS di Nangarhar (foto: dok).

Pada Maret 2018, sekitar lima bulan setelah pasukan yang didukung AS menyatakan kemenangan atas kelompok ISIS dalam pertempuran di ibukota Suriah, Raqqa. Pejabat Afghanistan punya alasan untuk khawatir.

Intelijen menyarankan kegagalan itu telah membuka jalan, perlahan namun pasti, ke negara-negara mereka.

"Telah terjadi pertumbuhan jumlah pejuang asing di negara itu," kata penasihat keamanan nasional Afghanistan, Mohammad Hanif Atmar ketika berkunjung ke Washington, DC.

"Kami berbicara tentang ratusan dari mereka yang datang dari Timur Tengah melalui Pakistan."

Peringatan itu tidak luput dari perhatian. Kekhawatiran itu segera menyebar di sejumlah negara.

Pejuang ISIS semakin banyak jumlahnya, kata laporan PBB memperingatkan Agustus lalu, menambahkan bahwa mereka yang melakukan perjalanan itu "membawa keterampilan mereka dalam menangani persenjataan dan bom rakitan, serta pengetahuan taktik militer."

"Pejuang Asia Tengah cenderung merasa paling nyaman untuk pindah di antara orang Afghanistan dari etnis Uzbek dan Tajik," kata laporan PBB itu.

Tren itu belum berkurang. Sebuah laporan AS yang dirilis Januari mengutip intelijen dari satu negara anggota, bahwa "30% dari pejuang teroris asing telah meninggalkan Republik Arab Suriah dan Irak menuju berbagai negara, biasanya ke negara-negara asal mereka." (ps)