Meski Minoritas, Masjid di AS Hidup Berdampingan Warga Non-Muslim

Masjid Al-Farooq di Kota Atlanta, masjid terbesar di negara bagian Georgia, Amerika Serikat.

Survei menunjukkan jumlah masjid di AS terus bertambah, meskipun ada perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota ketika pihak pengelola berupaya mendapatkan izin untuk membangun atau memperluas area masjid.

Survei menunjukkan jumlah masjid di Amerika Serikat (AS) terus bertambah, meskipun ada perlawanan dari lingkungan sekitar atau dewan kota ketika pihak pengelola berupaya mendapatkan izin untuk membangun atau memperluas area masjid. Namun, pengelola masjid tanpa kenal lelah melakukan beragam hal agar dapat diterima masyarakat sekitar.

Hasil survei Institute for Social Policy and Understanding (ISPU) di Dearborn, Michigan, menunjukan jumlah masjid di AS meningkat menjadi 2.769 masjid pada 2023, dari 2.106 masjid pada 2010.

Namun, survei ini juga menunjukkan bahwa 35 persen masjid menghadapi perlawanan yang signifikan dari lingkungan sekitar atau dewan kota ketika mereka mencoba mendapatkan izin untuk membangun atau memperluas area masjid. Angka ini lebih besar dibanding antara 1980 – 2009 yang hanya 25 persen.

Berbagai upaya dilakukan pihak masjid agar masyarakat sekitar lebih mengenal mereka dan merasa nyaman hidup berdampingan dengan masjid.

IMAAM Center, sebuah masjid Indonesia di Kota Silver Spring, tidak jauh dari ibu kota Washington DC, berada di area pemukiman yang mayoritas warganya adalah non-Muslim.

Masjid komunitas Indonesia, IMAAM Center, di Silver Spring, Maryland (dok: VOA)

Bulan Ramadan menjadi momen yang tepat untuk mengajak warga lebih mengenal komunitas muslim Indonesia, dengan mengundang warga sekitar menikmati hidangan makan malam di acara iftar atau buka puasa bersama.

Presiden IMAAM (Indonesian Muslim Association in America) Arif Mustofa, mengatakan, “Ini acara tahunan. Sekalian mensyiarkan Islam dan Ramadan. Karena di lingkungan kita ini ada komunitas Yahudi, komunitas Nasrani, dan ini adalah momen yang terbaik untuk kita sharing apa sih Ramadan, apa saja sih kok itu rame di masjid.”

Arif menambahkan acara yang juga mengundang perwakian dari pemerintah kota ini semakin penting dilakukan, mengingat setiap malam selama Ramadan, masjid IMAAM Center selalu ramai dikunjungi umat Muslim dari beragam kelompok masyarakat untuk berbuka puasa, sholat tarawih, hingga itikaf.

“Di awal-awal biasalah. Bukan kecurigaan tapi penasaran saja mereka. Ini kok malam-malam, ngapain sampai malam. Makanya tiap tahun kita meng“educate”, tiap tahun kita sharing. Karena ini kan parkir (jamaah) juga sampai ke mana-mana. Jadi kita harus berbaik-baik, kita sharing ini Iftar apa sih yang dimakan, sekalian promosi makanan Indonesia,” tambahnya.

Selain iftar bersama, IMAAM Center juga kerap kali bekerja sama dengan gereja di dekat masjid untuk melakukan kegiatan sosial.

BACA JUGA:

Vlogger on The Road: Sherif Amerika Rajin Ibadah di Masjid Indonesia

Selain IMAAM Center, Masjid At-Thohir di kota Los Angeles, California, juga aktif membuka diri mereka pada komunitas sekitar, bahkan sebelum masjid ini diresmikan pada 2022. Salah seorang pengelola Indonesian Muslim Foundation-Los Angeles yang mengurus masjid At Thohir, Dwirana Satyavat mengatakan.

“Kebetulan kami ini berdekatan dengan sekolah. Mereka itu punya acara tahunan ‘Toys Drive’. Kita support. Kita bantu mereka. Mereka sangat gemira kita sangat involved. Selain itu sebelum tahun ajaran, kami juga melakukan distribusi back pack, school supplies. Kami undang masyarakat ke sini, jadi itu untuk masyarakat di sini. Insha Allah itu juga untuk menjalin hubungan dengan masyarakat.

BACA JUGA: Harvard dan New York University di AS Gelar Buka Puasa Gratis, Perbanyak Ruang Salat, Adakan Pengajian

Masjid ini juga membuka pintu mereka bagi warga non-Muslim. “Dengan tetangga-tetangga juga kalo kami ada acara kami (undang), silahkan jika ingin bergabung bersama kami. Kita lebih involved dengan community. Apa yang mereka perlukan, Inshaallah bisa kita bantu.”

Di Kota Atlanta, Georgia, Masjid Al-Farooq yang merupakan salah satu masjid terbesar di kota ini selalu memberikan kesempatan kepada komunitas non muslim untuk datang ke masjid mereka. Pengurus Masjid Al-Farooq Dr. Khalid Siddiq mengatakan.

“Banyak warga non-Muslim datang ke Masjid. Ada yang berasal dari sekolah, orang yang ingin membuat makalah tentang Islam, hingga komunitas gereja. Dalam sepuluh tahun ada sekitar dua puluh ribu warga non-muslim yang datang dan pihak Masjid membantu mereka untuk lebih memahami Islam dengan memberikan presentasi dan menjawab berbagai pertanyaan dari mereka,” ujarnya.

Your browser doesn’t support HTML5

Meski Minoritas, Masjid di AS Hidup Berdampingan dengan Warga Non-Muslim

Sikap terbuka inilah yang secara perlahan diharapkan dapat membuat warga sekitar masjid merasa lebih nyaman hidup berdampingan dengan komunitas Muslim.

Salah seorang warga yang tinggal tepat di seberang masjid IMAAM Center, Karen Gunkel, mengatakan dapat merasakan bagaimana komunitas Muslim Indonesia sangat berempati dan peduli dengan warga sekitar setelah ia datang di acara buka puasa Bersama.

Karen juga sangat senang bisa lebih memahami makna Ramadan.

Survei ISPU juga memperlihatkan adanya peningkatan jumlah masjid di AS sebesar 31 persen dalam satu dekade ini, terutama terjadi di daerah pemukiman dan pinggiran kota, seiring dengan pertumbuhan populasi Muslim di Amerika akibat imigrasi dan angka kelahiran. [ii/em]