Walau Dikecam PBB, Pasukan Suriah Kembali Gempur Homs

Tembakan tank dan artileri pasukan Suriah terus menghantam kota pusat pemberontakan Homs hari Jumat (17/2).

Serangan terjadi sehari setelah Majelis Umum PBB mengutuk pemerintahan al-Assad atas pelanggaran HAM melalui aksi penumpasan.

Aktivis mengatakan, tentara Suriah menembaki kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak di kota Homs, hanya sehari setelah Majelis Umum PBB mengutuk rezim yang berkuasa melakukan pelanggaran HAM dalam aksinya menumpas demonstran.

Aktivis mengatakan tembakan tank dan artileri hari Jumat menghantam empat kawasan permukiman di kota di Suriah Tengah itu yang mengawali pemberontakan 11 bulan ini menentang Presiden Bashar al-Assad. Ditambahkan, demonstrasi menentang pemerintahan Assad merebak di beberapa kota di seantero negara itu, termasuk ibukota, Damaskus.

Di Washington hari Jumat, Menteri Luar Negeri Amerika Hillary Clinton mengatakan, ia dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton "kembali mengutuk, dengan kata-kata paling pedas, kekerasan yang terus berlangsung terhadap rakyat Suriah yang dilakukan rezim Assad."

Hari Kamis, Sekjen PBB Ban Ki-moon menuduh pemerintah Assad hampir dipastikan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Majelis Umum PBB juga meloloskan resolusi, yang disetujui 137 dari 193 negara anggota, menuntut pemerintah otokratis Assad agar “segera mengakhiri serangan-serangan terhadap warga sipil.”

Sementara itu, frustrasi oleh kurangnya tindakan Dewan Keamanan PBB, Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang bertemu mitranya dari Perancis di Paris untuk pembicaraan hari Jumat, mengatakan Inggris dan Perancis mendukung pembentukan "Sahabat Suriah", koalisi internasional yang diperkirakan akan dibahas pemimpin dunia minggu depan dalam konferensi di Tunisia.

Perdana Menteri Inggris mengatakan, "Apa yang terjadi di Suriah mengerikan. Pemerintah membantai dan membunuh rakyatnya sendiri. Apa yang sedang terjadi itu mengerikan. Itu sebabnya sangat penting dunia bersatu dan bertindak tegas sebisa mungkin."

Sementara itu, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, mengirim pesan yang tegas kepada kelompok-kelompok oposisi Suriah agar bersatu sehingga dunia luar bisa lebih mendukung mereka dalam menggulingkan pemerintah Suriah.

Ditambahkan, "Kita tidak bisa mengadakan revolusi Suriah tanpa rakyat Suriah dan saya yakin kalian mengerti apa yang saya maksudkan. Kita tidak bisa melakukan ini kalau oposisi Suriah tidak bersatu dan tertib untuk membantu kami membantu mereka. Kami tidak akan menerima bahwa seorang diktator diperbolehkan membantai rakyatnya sendiri, tapi revolusi tidak bisa datang dari luar, melainkan harus lahir dari dalam. "