Menlu AS Puji Tanaman Rekayasa Genetika

Jagung hasil rekayasa genetika produksi perusahaan AS Monsanto ditanam di Badingen, Jerman. (Foto: Dok)

Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan AS mendukung teknologi penghasil tanaman hasil rekayasa genetika, yang dilarang banyak negara karena dampaknya.
World Food Prize Foundation mengumumkan Rabu (19/6) penghargaan bergengsinya tahun ini diberikan kepada tiga ilmuwan yang membantu memajukan pengembangan tanaman hasil rekayasa genetika atau transgenik.

Pengumuman yayasan pangan di Washington itu datang hanya beberapa minggu setelah demonstran di seluruh dunia berunjuk-rasa menentang pangan hasil rekayasa genetika.

Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, Rabu, mengatakan Amerika mendukung penggunaan bioteknologi untuk membuat apa yang disebut tanaman "pintar" yang bisa tahan kekeringan dan banjir serta tidak membutuhkan banyak pupuk.

Kerry menyatakan itu sementara Direktur Yayasan Food Prize, mantan Duta Besar Amerika untuk Kamboja Kenneth Quinn, mengumumkan bahwa Marc Van Montagu dari Belgia serta Mary-Dell Chilton dan Robert Fraley dari Amerika dianugerahi penghargaan tersebut atas prestasi mereka merintis bidang bioteknologi pertanian.

Amerika adalah produsen sekaligus konsumen terbesar pangan hasil rekayasa genetika, dan Monsanto adalah perusahaan terbesar di Amerika yang membuat tanaman hasil rekayasa genetika itu.

Perusahaan tersebut merekayasa tanaman yang mampu tumbuh dalam beberapa iklim terburuk di dunia dan melindungi diri dari penyakit maupun hama. Amerika menyatakan tanaman itu sebagai bagian dari solusi mengurangi kelaparan dunia. Tetapi banyak negara melarang tanaman rekayasa genetika karena khawatir terhadap dampak jangka panjang yang berbahaya.