Media: Rusia Langgar Janji Gencatan Senjata Aleppo pada Hari Pertama

Asap menutupi jalanan saat anggota Civil Defence mencoba untuk memadamkan api yang disebabkan oleh serangan udara di kota Idlib, Suriah Rabu (10/8).

Militer Rusia seharusnya memulai operasi gencatan senjata sementara di kota Aleppo pada hari Kamis (11/8) pukul 10 pagi, agar para petugas bantuan kemanusiaan dapat mengirimkan bantuan yang sangat diperlukan. Akan tetapi media melaporkan bahwa pertempuran terus berlangsung.

Kementerian Pertahanan Rusia Rabu menyatakan akan menghentikan penembakan di sekitar Aleppo selama tiga jam setiap hari agar bantuan kemanusiaan dapat dikirimkan ke kota yang hancur itu, seraya menyatakan “jendela kemanusiaan” akan berlangsung mulai pukul 10 pagi hingga 1 siang mulai Kamis ini. Namun kantor berita Reuters melaporkan bahwa pertempuran berlanjut hingga satu jam lebih pada periode yang seharusnya menjadi masa gencatan senjata.

Mohammed Rasheed, jurubicara salah satu kelompok pemberontak yang memerangi pemerintah Suriah, mengatakan kepada Reuters, gencatan senjata itu tidak ditegakkan. Alih-alih, ujarnya, terjadi eskalasi operasi pesawat-pesawat tempur Rusia dan pasukan pemerintah telah berusaha bergerak maju di distrik Ramousah, Aleppo. Seorang saksi mata di Aleppo dan seorang petinggi dari kelompok pemberontak lainnya mendukung pernyataan Rasheed itu, sebut Reuters.

Rabu malam, sebuah helikopter militer Suriah dilaporkan menjatuhkan empat bom barel, satu di antaranya berisikan gas klorin, di Aleppo, menewaskan sedikitnya tiga orang.

Syrian Civil Defense, organisasi penyelamat sukarela yang berbasis di Aleppo, Kamis menyatakan 24 orang luka-luka dalam serangan itu dan tiga lainnya – seorang ibu dan dua anaknya – tewas.

Kelompok Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris juga melaporkan tentang serangan bom barel. Tidak dilaporkan secara jelas mengenai serangan gas klorin, tetapi kelompok itu menyatakan beberapa orang mengalami kesulitan bernapas setelah pengeboman itu.

PBB Selasa menyerukan jeda selama 24 hingga 48 jam setiap pekan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan. Sewaktu memberitahu pernyataan Rusia mengenai gencatan senjata, ketua tim bantuan kemanusiaan PBB Stephen O'Brien mengatakan dalam konferensi pers bahwa ia akan meminta saran apapun yang memungkinkan bantuan kemanusiaan dikirimkan.

Pernyataan terbaru O'Brien's itu disampaikan sehari setelah ia mengatakan lebih dari 2 juta orang di Aleppo tidak memiliki akses ke air bersih dan listrik. Ia menjelaskan ketika itu bahwa untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perlu dua jalur lalu lintas dan waktu sekitar 48 jam agar truk-truk dapat membawa bantuan tersebut.

Konvoi truk lebih efisien daripada mengirim bantuan lewat udara bagi warga sipil Aleppo. O’Brien mencontohkan untuk ke Deir Ezzor, pengiriman bantuan lewat udara selama enam pekan ekuivalen dengan pengiriman melalui satu konvoi truk. [uh/ab]