Media pemerintah China menuduh Filipina pada Senin (25/12) berulang kali melanggar wilayah China di Laut China Selatan, menyebarkan informasi palsu dan bersekongkol dengan pasukan asing untuk menimbulkan masalah.
Filipina telah mengandalkan dukungan AS untuk terus memprovokasi China, dengan perilaku yang “sangat berbahaya” yang secara serius merugikan perdamaian dan stabilitas regional, tulis corong Partai Komunis China, People’s Daily, dalam kolom komentarnya hari Senin.
Kementerian Luar Negeri Filipina dan satgas nasional yang menangani Laut China Selatan tidak dapat segera menanggapi permintaan komentar mengenai laporan itu pada hari Natal.
Menyusul komentar di media itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning pada konferensi pers rutin pada Senin mengatakan, “Beijing tidak akan melemahkan tekadnya untuk melindungi kedaulatan teritorialnya serta hak-hak dan kepentingan maritimnya.”
"Namun, pintu dialog China tetap terbuka. Kami siap bekerja sama dengan Filipina untuk menangani isu-isu maritim secara tepat melalui negosiasi dan konsultasi,” lanjut Mao.
Ketegangan antara Beijing dan Manila telah meningkat dalam beberapa bulan ini sementara kedua pihak saling menuduh pihak lain terkait Serentetan perselisihan di Laut China Selatan, termasuk tuduhan bahwa China menabrakkan sebuah kapal yang membawa Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina pada bulan ini.
China mengklaim sebagian besar Laut China, yang beberapa bagiannya juga diklaim oleh Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan, Vietnam dan Indonesia. Mahkamah internasional pada tahun2016 membatalkan klaim China dalam putusan atas kasus yang diajukan oleh Filipina. Putusan itu ditolak oleh Beijing.
Dalam peringatan langsung yang tidak biasa, Menteri Luar Negeri China Wang Yi pekan lalu mengatakan bahwa setiap salah perhitungan dalam sengketa dengan Filipina akan menyebabkan tanggapan tegas dari China, dan menyerukan dialog untuk menangani berbagai “kesulitan serius.”
BACA JUGA: China, Filipina Soroti Dialog di Tengah Ketegangan di Laut China SelatanHubungan bilateral yang memburuk itu bersamaan dengan langkah Manila untuk memperkuat hubungan militer dengan Jepang dan AS, bekas penguasa kolonialnya dan sekutu pertahanannya selama tujuh dekade.
China menyatakan kemarahannya terhadap AS bulan ini karena mengirim kapal angkatan laut ke perairan di dekat wilayah yang disengketakan di mana China dan Filipina pernah beberapa kali berkonfrontasi.
Washington telah sering menggunakan perjanjian pertahanannya dengan Manila untuk “mengancam” China, secara terang-terangan mendukung Filipina dalam melanggar kedaulatan China dan “menjajakan kekhawatiran keamanan,” kata People’s Daily.
Itu “sangat tidak bertanggung jawab dan berbahaya,” menurut komentar yang ditulis oleh pengguna nama Zhong Sheng, atau “Suara China,” yang kerap digunakan untuk mengemukakan pandangan surat kabar itu mengenai berbagai masalah kebijakan luar negeri. [uh/ab]