Masyarakat Tidak Bersemangat Tanggapi Seruan PM Pakistan untuk Protes Soal Kashmir

Warga membawa bendera nasional Pakistan dan bendera Kashmir yang dikuasai Pakistan, saat menyambut kedatangan Perdana Menteri Imran Khan sebelum menyampaikan pidato kenegaraannya di luar gedung Sekretariat PM Pakistan di Islamabad, 30 Agustus 2019.

Seruan Perdana Menteri Pakistan bagi rakyatnya untuk menunjukkan solidaritas mereka dengan rakyat Kashmir dengan berdiri di luar rumah mereka, toko-toko dan kantor-kantor selama 30 menit pada hari Jumat, tampaknya mendapat tanggapan yang kurang bersemangat. Banyak yang mempertanyakan efektivitas gerakan tersebut.

“Apapun yang mereka lakukan dikerjakan tanpa rencana. Agitasi semacam ini tidak efektif. Masyaakat berpikir ini tidak akan membantu Kashmir,” kata Malik Tahir Mahmood, pedagang yang berdiri di luar tokohnya di ibukota, Islamabad.

Ketika ditanya apakah ia akan meninggalkan tokonya dan berdiri di luar, seorang pemilik toko lainnya, Shahwez Khattak, mengatakan ia akan mengikuti apa yang dilakukan orang lain di pasar, tetapi ia menambahkan bahwa ia tidak mengerti maksud tindakan ini.

Perdana Menteri Imran Khan mengumumkan langkah tersebut untuk memprotes India. New Delhi melucuti status khusus wilayah Kashmir yang dikuasainya – mencabut otonomi yang diberikan kepada kawasan tersebut. Untuk menghindari pembalasan dari warga setempat, pemerintah India mengerahkan ribuan personel keamanan tambahan, mengumumkan jam larangan keluar rumah, membekukan seluruh layanan telepon, dan menutup saluran-saluran televisi, sehingga efektif memutuskan hubungan kawasan tersebut dari dunia.

Pakistan, yang juga mengklaim wilayah Kashmir yang disengketakan itu, menanggapi dengan mengusir komisioner tinggi India dan memutuskan sebagian hubungan perdagangan dan transportasi dengan India.

Khan mengatakan protes hari Jumat itu akan membantu meningkatkan peliputan media internasional dan membuat masalah Kashmir sebagai fokus.

BACA JUGA: PM Pakistan: Jika India Menyerang, Pakistan akan Menanggapi

Dalam upaya membuat acara ini berhasil, sejumlah sumber daya pemerintah digunakan. Para pegawai di banyak departemen pemerintah diminta untuk hadir di secretariat perdana menteri untuk mendengarkan pidatonya. Siswa dari sekolah-sekolah negeri juga dibawa ke pinggir jalan sambil membawa bendera.

Saluran televisi setempat, milik pemerintah maupun swasta, diperintahkan untuk memutar berbagai program terkait Kashmir serta menampilkan logo di layar yang bertulisan “Kashmir akan menjadi Pakistan.”

Tidak ada penerbangan yang lepas landas selama berlangsung gerakan 30 menit yang dimulai tepat tengah hari itu, dan semua kereta berhenti beroperasi selama satu menit pada tengah hari. Semua lampu lalu lintas menyala merah selama setengah jam. Tepat pukul 12 siang, lagu kebangsaan Pakistan dan Kashmir diputar di sebagian besar saluran televisi dan radio. [uh/lt]