Mantan Menlu AS, John Kerry: AS 'Bangga Kembali' ke Perjanjian Iklim Paris 

Menlu Denmark Jeppe Kofod (kanan) dan para pemimpin Uni Eropa lainnya, menghadiri pertemuan virtual bersama Utusan Khusus Iklim AS, mantan Menlu AS John Kerry (terlihat di layar kiri), di Kopenhagen Denmark, Jumat, 22 Januari 2021. (Philip Davali / Ritzau via AP).

Para pemimpin dunia berkumpul secara virtual Senin (25/1) untuk KTT Adaptasi Iklim, pertemuan daring yang dipimpin oleh Belanda. KTT itu bertujuan mengembangkan solusi praktis dan pendanaan untuk menangani perubahan iklim antara sekarang dan 2030.

Program daring itu menampilkan para pemimpin dari seluruh dunia, termasuk Wakil Perdana Menteri China Han Zheng, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan para pemimpin lain.

Mewakili AS adalah mantan Menteri Luar Negeri John Kerry, yang telah diangkat oleh Presiden Joe Biden sebagai utusan khusus iklim AS. Kerry mengatakan kepada kelompok itu bahwa pemerintahan Biden telah menjadikan perubahan iklim sebagai prioritas utama dan mengatakan AS bangga kembali sebagai pemimpin dalam isu itu.

"Sekarang kami punya presiden yang memimpin, jujur dan memperhatikan isu ini," kata Kerry. "Dan Presiden Biden tahu bahwa kita harus bekerja sama dengan cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk mengatasi tantangan yang sangat cepat. Dan dia tahu kita tidak punya banyak waktu untuk mengendalikannya."

Kerry mengatakan itu juga yang menyebabkan Biden segera bergabung dengan perjanjian iklim Paris yang ditinggalkan mantan Presiden Donald Trump pada November lalu. Trump pada mulanya mengumumkan AS akan mundur dari perjanjian itu pada 2017, tapi baru resmi pada November, berdasarkan regulasi PBB.

Biden bergabung lagi dalam perjanjian itu pada hari pertamanya menjabat. Sebagai menlu di bawah mantan Presiden Barack Obama pada 2015, Kerry membantu merundingkan perjanjian itu, dan membawa China ke meja perundingan pada konferensi iklim PBB di Paris. [vm/lt]