Lonjakan Covid-19 di Israel, Yerusalem Tercatat sebagai Pusat Penularan

Polisi Israel melakukan patroli di pasar utama kota Yerusalem, sementara pemerintah Israel memberlakukan karantina wilayah kedua akibat lonjakan kasus Covid-19 (25/9).

Kota tua Yerusalem tercatat sebagai pusat penularan virus selagi Israel menjadi salah satu negara yang menghadapi pandemi virus corona terburuk di dunia. Tercatatnya kota itu sebagai pusat penularan berarti hanya penduduk yang diizinkan masuk atau keluar dari kota bertembok yang bersejarah itu.

Polisi di pos-pos pemeriksaan ditugaskan di semua pintu keluar-masuk Yerusalem, untuk mencegah orang luar yang bukan penduduk masuk ke kota itu.

Bagi pemilik toko dan penduduk, penutupan baru di wilayah itu merupakan kerugian pada musim wisata.

Pembatasan jarak akibat merebaknya kembali virus corona mulai berlaku hari Jumat, sebingga menutup banyak bisnis, melarang pertemuan besar dan memerintahkan orang untuk tetap berada di dekat rumah.

Seorang warga kota tua Yerusalem, Moamar Sider mengatakan, "Saya berusia 70 tahun lebih. Saya belum pernah melihat hal seperti ini. Saya pergi ke apotek dan ternyata tutup, semua toko tutup."

BACA JUGA: Kasus Corona Meningkat, Israel Perketat Lockdown Ke-2

Secara keseluruhan, Israel mencatat sekitar 200.000 orang tertular virus corona dan lebih dari 1.300 meninggal.

Kementerian Kesehatan tidak memisahkan angka-angka itu berdasarkan kelompok penduduk.

Wilayah keagamaan termasuk Kota Tua dan lingkungan Yahudi Ortodoks sebagian terpukul karena mereka cenderung lebih miskin dan padat, tetapi juga karena gaya hidup bersama yang erat dalam kelompok.

Ala Haddad, seorang penduduk Kota Tua menuduh pemerintah Israel lebih menekan komunitas Arab daripada Yahudi.

"Mereka menutup gerbang untuk orang Muslim dan ada invasi ke alun-alun masjid Al-Aqsa oleh para pemukim," kata Haddad.

Ia menambahkan, "Sekarang ini orang Israel sedang memperingati Yom Kippur (puasa bagi Yahudi), jalanan ditutup sejak kemarin dengan larangan-larangan yang lebih ketat di Kota Tua, mereka libur dan alasannya karena virus corona. Mereka menutup kegiatan untuk Muslim dan ada invasi ke alun-alun masjid Al-Aqsa oleh para pemukim. Pada liburan ini, mereka lebih menekan kami, menutup toko, mencegah orang pindah ke dalam Kota Tua, dan mereka mengizinkan seperti yang bisa kita lihat di belakang kita, bagaimana para pemukim berkeliaran pada hari libur mereka."

Polisi Israel memasang blokade di jalan-jalan menjelang pemberlakukan karantina wilayah kedua di Yerusalem.

Hanya warga Muslim di Kota Tua pada hari Jumat diijinkan melakukan sholat Jumat di lingkungan masjid Al-Aqsa, tempat suci yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount (Kuil Suci).

Orang-orang Yahudi yang agamis sering mengunjungi tempat ini dengan pengawasan ketat oleh polisi.

Di daerah-daerah lain, sekolah ultra-Ortodoks Yahudi tetap dibuka yang bertentangan dengan penutupan wilayah nasional yang diberlakukan awal bulan ini untuk menekan lonjakan kasus penularan baru di negara itu.

Sementara sebagian rabi menolak perintah untuk membatasi jumlah jemaat ketika bersembahyang, terutama untuk musim liburan besar sekarang ini dan pertemuan minggu ini untuk peringatan Yom Kippur atau Hari Pendamaian. Pemerintah berupaya bekerja sama dengan para pemimpin agama untuk menyebarkan berita tentang peraturan kesehatan umum dan membatasi banyaknya orang dalam perkumpulan doa. [ps/lt]