Ledakan Tangki BBM di Lebanon, 22 Tewas

Tentara Lebanon terlihat di lokasi ledakan tanker bahan bakar di Akkar, di Lebanon utara, 15 Agustus 2021. (Foto: REUTERS/Omar Ibrahim)

Tentara Lebanon membuka penyelidikan atas ledakan tangki bahan bakar di Akkar, Minggu (15/8), yang menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai 79 lainnya, sebagian besar menderita luka pakar parah. Insiden ini terjadi di tengah kelangkaan BBM dan listrik yang memicu antrian panjang di pom-pom bensin dan pemadaman listrik berskala luas.

Korban tewas dan luka-luka mencakup tentara dan warga sipil.

Penyebab ledakan masih belum jelas. Tentara mengatakan mereka menyita tangki penyimpanan bahan bakar yang disembunyikan di sebuah gudang yang disamarkan, di mana sekitar 600.000 liter bensin disimpan.

Perintah diberikan untuk mendistribusikan perbekalan yang sangat dibutuhkan warga itu. Beberapa saksi mata mengatakan setelah tentara pergi, terjadi penyerbuan besar-besaran untuk mendapatkan sisa bensin di tangki, dan kemudian terjadi ledakan.

Seorang tentara Lebanon berjaga di dekat lokasi ledakan tangki bahan bakar di Akkar, di Lebanon utara, 15 Agustus 2021. (Foto: REUTERS/Omar Ibrahim)

BBM Makin Langka dan Mahal

Sebagian pihak menilai kelangkaan pasokan BBM itu terjadi karena luasnya penyelundupan ke Suriah, penimbunan, dan ketidakmampuan pemerintah yang kekurangan anggaran untuk mengamankan pengiriman bahan bakar impor.

Gubernur Bank Sentral Riad Salameh pekan lalu juga mengumumkan rencana pemotongan subsidi pemerintah untuk BBM, yang langsung memicu lonjakan harga. Bahan bakar digunakan untuk kendaraan dan menggerakkan generator listrik. Kelangkaan BBM memaksa toko-toko roti, rumah sakit dan bisnis lainnya tutup.

Kepala Issam Fares Institute di American University di Beirut, Joseph Bahout, mengatakan ledakan ini merupakan insiden mengerikan lain akibat kurangnya kemauan politik untuk mengatasi masalah di Lebanon.

Tentara Lebanon, anggota pertahanan sipil dan penyelamat terlihat di lokasi ledakan tangki bahan bakar, di Akkar, Lebanon utara, 15 Agustus 2021. (Foto: Reuters)

“Cadangan uang di Bank Sentral jelas menipis. Semua orang tahu bahwa subsidi tidak dapat dipertahankan. Tidak ada yang ingin menghadapi kenyataan. Gubernur Bank Sentral telah mengatakan ia tidak bisa terus menerus mensubsidi bahan bakar. Kita mulai melihat insiden-insiden di pom bensin," katanya.

"Orang-orang berkumpul di sekitar daerah di mana politisi lokal diketahui mengambil BBM dan menyelundupkannya ke Suriah. Mereka ingin merebutnya secara paksa. Ledakan pun terjadi. Insiden ini mengerikan. Ini mungkin insiden yang dapat terjadi di tempat-tempat lain," tambah dia.

Provinsi Akkar, di perbatasan dengan Suriah, adalah salah satu daerah termiskin di Lebanon.

Mantan Perdana Menteri Saad Hariri telah mendesak pejabat-pejabat Lebanon, termasuk Presiden Aoun, untuk bertanggungjawab dan mengundurkan diri. Ia mencuit di Twitter, “pembantaian di Akkar tidak berbeda dengan pembantaian di pelabuhan Beirut.”

Hariri merujuk pada ledakan dahsyat Agustus 2020 lalu ketika amonium nitrat yang disimpan secara tidak benar di pelabuhan Beirut meledak, menewaskan 220 orang dan menghancurkan sebagian ibu kota. Ledakan itu tercatat sebagai ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah. [em/pp]