KTT G20 Berharap Pemulihan Ekonomi Berlangsung Cepat

Menteri keuangan dan tenaga kerja berkumpul untuk foto grup KTT kelompok G20 di Ankara, Turki, 4 September 2015.

Para menteri keuangan dan direktur bank sentral negara-negara anggota kelompok G20 mengatakan pertumbuhan ekonomi global melambat dibanding perkiraan semula, tetapi mereka yakin pemulihan ekonomi dunia akan mencapai momentum.

Dalam komunike final KTT dua hari di ibukota Ankara, Turki itu, beberapa pejabat keuangan penting negara-negara G20 hari Sabtu (5/9) berjanji akan mengambil “tindakan tegas” untuk menjaga optimisme pemulihan ekonomi. Mereka juga berjanji untuk menahan diri dari kebijakan devaluasi mata uang yang kompetitif, merujuk pada devaluasi mata uang China baru-baru ini, dan mengingatkan negara-negara berkembang untuk tidak melakukan langkah serupa guna melindungi mata uang mereka.

Pasar keuangan dunia mengalami gejolak dalam beberapa pekan terakhir ini terkait melambatnya ekonomi China dan kebijakan devaluasi yuan yang dilakukan secara tiba-tiba Agustus lalu.

Karena devaluasi mata uang efektif menurunkan harga ekspor negara itu, ada keprihatinan bahwa kebijakan devaluasi yang dilakukan China mungkin akan memicu negara-negara lain untuk mengambil langkah serupa. Kebijakan moneter China telah menurunkan nilai mata uang negara-negara yang lebih kecil. G20 berjanji akan “menolak segala bentuk proteksionisme.”

Pejabat-pejabat Amerika mengatakan delegasi Amerika di Ankara itu dipimpin oleh Menteri Keuangan Jacob Lew dan telah mengadakan pertemuan dengan mitra-mitra mereka dari China di sela-sela KTT tersebut. Amerika mengatakan penting bagi China untuk menegaskan bahwa pemerintahnya akan kembali “menaikkan nilai yuan seperti ketika menurunkannya” untuk menanggapi reaksi pasar-pasar keuangan dunia.

Tema besar lain dalam KTT G20 adalah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika yang selama beberapa bulan ini mengisyaratkan akan menaikkan tingkat suku bunga guna menyamakannya dengan percepatan tingkat pertumbuhan ekonomi Amerika. Pejabat-pejabat keuangan di sebagian besar negara prihatin bahwa suku bunga Amerika yang lebih tinggi akan membuat para investor memindahkan modal mereka ke investasi berdasarkan mata uang dolar dan mengurangi likuiditas keuangan, pasokan yang mungkin bisa menggerakkan pertumbuhan bisnis, di negara-negara berkembang.

Direktur Dana Moneter Internasional Christine Lagarde hari Sabtu (5/9) menyatakan kepada wartawan, Bank Sentral Amerika seharusnya hanya menaikkan suku bunga keetika yakin bahwa seluruh indikator pertumbuhan mendukung langkah tersebut.