Konvoi Bantuan Rusia Tunggu Jaminan Keamanan

Konvoi truk bantuan Rusia membawa bantuan kemanusiaan untuk Ukraina dikawal mobil polisi memasuki perbatasan di kota Rusia, Donetsk, Rostov-on-Don, Rusia, 17 Agustus 2014.

Ratusan truk bantuan dari Rusia hari Sabtu (16/8) menanti dekat perbatasan dengan Ukraina karena proses rumit untuk mengizinkan mereka masuk ke Ukraina timur.

Hambatan utama izin itu adalah tidak adanya jaminan keamanan dari semua pihak yang terlibat dalam konflik disana, kata Komite Palang Merah Internasional (ICRC) yang bertanggungjawab menyalurkan bantuan itu kepada warga sipil yang menderita.

Ukraina khawatir misi bantuan itu, termasuk sekitar 200 truk, dijadikan kedok oleh Rusia untuk mengirim perlengkapan bagi pemberontak pro-Rusia yang sedang bertempur melawan pasukan Ukraina. Tetapi Rusia dan Ukraina telah mencapai kesepakatan yang menyebutkan truk-truk itu boleh masuk dengan kawalan Palang Merah setelah lolos dari pemeriksaan petugas perbatasan dan bea cukai Ukraina.

Proses inspeksi kargo telah disepakati bersama hari Sabtu, kata kepala delegasi ICRC Rusia Pascal Cuttat. Tetapi tantangan saat ini, katanya, adalah mereka perlu jaminan keamanan dari semua pihak sebelum konvoi truk itu bergerak masuk Ukraina timur. Cuttat mengatakan mereka juga sedang menunggu respons dari pemerintah Ukraina terhadap permintaan resmi untuk memproses kargo itu.

Truk-truk itu telah diparkir sejak Kamis (14/8) di kota Kamensk-Shakhtinsky, sekitar 28 kilometer dari perbatasan Rusia dengan Ukraina.

Menurut Gedung Putih, Wakil Presiden Amerika Joe Biden berbicara dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko hari Kamis dan diberitahu bahwa kelompok separatis belum memberi jaminan truk-truk bantuan itu akan diizinkan lewat dengan aman .

Biden dan Poroshenko sepakat bahwa langkah Rusia yang terus menyediakan persenjataan canggih bagi para separatis tidak konsisten dengan niat Rusia membantu situasi kemanusiaan di Ukraina timur, kata Gedung Putih.

Sementara itu bentrokan berlanjut di Ukraina timur, dimana pasukan pemerintah semakin banyak merebut kembali daerah yang dikuasai pemberontak.