Kolombia Gelar Referendum Perjanjian Perdamaian

Para pendukung perjanjian perdamaian antara pemerintah dan Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) melepaskan balon untuk mendukung perjanjian itu pada referendum di Bogota, Kolombia, Kamis, 29 September 2016.

Rakyat Kolombia hari Minggu memutuskan apakah akan menyetujui perjanjian perdamaian antara pemerintah dan Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).

Referendum ini diselenggarakan enam hari setelah perjanjian perdamaian akhir antara pemerintah dan gerakan gerilyawan nasional ini ditandatangani, mengakhiri pemberontakan terlama di belahan bumi Barat.

Jajak pendapat umum mengindikasikan perjanjian perdamaian ini kemungkinan besar akan diratifikasi. Namun partisipasi yang rendah dalam referendum ini dapat mengancam perjanjian tersebut. Agar perjanjian dapat disahkan, referendum itu harus didukung oleh sedikitnya 13 persen pemilih terdaftar.

Setelah perjanjian perdamaian ditandatangani Senin lalu, pemimpin FARC Rodrigo Londono, yang dikenal dengan aliasnya, Timochenko, secara terbuka meminta maaf atas semua kerugian yang ditimbulkan gerakannya selama puluhan tahun.

Dana FARC terutama berasal dari industri kokain gelap negara itu, dan gerakan bersenjata ini pada awalnya diilhami oleh ideoloiy Kuba dan Soviet yang menentang institusi-institusi demokratis di Amerika.

Persiden Kolombia Juan Manuel Santos, setelah pernyataan Timochenko itu mengemukakan, “Tak ada lagi perang. Saya menyambut kalian ke demokrasi, mengganti senjata dengan suara dan senjata dengan gagasan.”

Konflik sejak pertengahan 1960-an ini membuat jutaan orang mengungsi dan lebih dari 250 ribu orang tewas.

FARC telah setuju untuk bekerjasama menjinakkan ranjau, upaya yang dipimpin Amerika Serikat dan Norwegia. Kolombia memiliki jumlah ranjau darat terbanyak ke-dua di dunia setelah Afghanistan. Bahan peledak ini telah menewaskan sekitar 11.500 orang sejak tahun 1990.

Amerika Serikat menerima sebagian pujian karena membantu mewujudkan perjanjian perdamaian itu, yang disebut para diplomat di Washington sebagai peristiwa transformasi bagi Kolombia dan kawasan dan disebut Presiden Barack Obama sebagai salah satu pencapaian paling penting sepanjang masa kepresidenannya.

Presiden Kolombia Santos, yang mempertaruhkan reputasinya dalam mengakhiri perang ini, telah meminta Amerika Serikat agar meningkatkan keterlibatannya dalam proses perundingan selama empat tahun, yang sebagian besar berlangsung di Kuba.

Pemerintah Amerika dalam tahun fiskal 2017 berencana mengeluarkan 450 juta dolar untuk membantu Kolombia memulihkan layanan pemerintah, keamanan, polisi, pendidikan, kesehatan, pembangunan ekonomi dan jalan-jalan hingga ke pedalaman yang selama ini terlupakan akibat konflik puluhan tahunan di sana. [uh]