Keterlibatan Hizbullah dalam Perang Suriah Dikecam Pendukung

Pasukan Suriah merangsek ke pusat kota Qusair (5/6) setelah menguasai kota strategis itu dengan bantuan kelompak Hizbullah dari Lebanon.

Termasuk di antara kekhawatiran pendukung adalah dengan bertempur di Suriah, Hizbullah akan memicu perang saudara sektarian di Lebanon.
Masuk ke kota Syiah dimanapun di Lembah Beka'a atau di Lebanon selatan dan kita langsung mengetahui berada di wilayah Hizbullah.

Bendera Hizbullah warna kuning dengan logo hijau partai Syiah berkibar pada tiang-tiang lampu dan menara. Foto-foto pemimpin gerakan itu Sheikh Hassan Nasrallah terlihat dimana-mana.

Demikian juga semakin banyak foto “martir” Hizbullah terbaru – milisi-milisi Syiah yang tewas di Suriah dalam memerangi pemberontak dan berjuang mendukung pemerintah Presiden Bashar al-Assad.

Korban inilah yang menimbulkan keraguan di kalangan keluarga besar Hizbullah tentang kebijakan berjuang melawan sesama muslim, walaupun mereka umumnya Sunni. Bagi mereka, musuh sebenarnya adalah Israel, musuh untuk diperangi yang menjadi alasan gerakan ini didirikan pada 1982.

Hizbullah berdampak besar terhadap perang saudara Suriah sejak akhir Mei ketika Nasrallah menyatakan gerakan itu akan menggandakan dukungannya terhadap Assad.

Nasrallah mengatakan penggulingan rezim Assad hanya akan menguntungkan Amerika dan Israel. Segera setelah itu, Hizbullah membantu Assad merebut kemenangan besar dengan bergabung dalam serangan ke Qusair, kota perbatasan strategis, dan merebut kembali kota itu dari pemberontak Suriah yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.

Menurut seorang sheikh Syiah, yang menolak untuk diwawancarai melalui radio, beberapa anggota milisi Hizbullah meminta nasihat kepadanya apakah mereka harus mematuhi seruan Nasrallah untuk memanggul senjata.

Termasuk di antara kekhawatiran mereka adalah dengan bertempur di Suriah, Hizbullah akan memicu perang saudara sektarian di Lebanon. Ini merupakan kekhawatiran banyak orang di Lebanon, kata Michael Young, penulis buku dan komentator tentang Lebanon.

“Sebagian besar Sunni di Lebanon tidak ingin terjebak dalam perang saudara Sunni-Syiah dan menurut saya itu juga berlaku bagi Hizbullah. Perang itu akan mengerikan, banyak pertumpahan darah, menurut saya manfaatnya sangat sedikit bagi kedua pihak,” ujarnya.

Banyak intelektual Syiah yang diam-diam mengecam langkah Hizbullah. Redaktur majalah Syiah tentang gaya hidup mengatakan sebelumnya ia menghormati Hizbullah tapi kini khawatir campur tangan itu akan memperburuk perpecahan di Lebanon dan menyeret perang Suriah ke Lebanon. (VOA/Jamie Dettmer)