Ketegangan Politik di Mesir Membara

Pasukan keamanan Mesir berlindung di balik pagar berduri mengamankan kantor-kantor pemerintah dekat Lapangan Tahrir, Kairo (26/11).

Polisi anti huru-hara kembali menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran di Kairo hari Sabtu pagi.

Para pengunjuk rasa di Lapangan Tahrir Kairo kembali bentrok dengan pasukan keamanan Mesir yang berakhir dengan jatuhnya korban jiwa. Bentrokan terbaru terjadi Sabtu pagi, ketika warga Mesir yang marah berteriak dan melempari pasukan keamanan dengan batu. Polisi anti huru-hara membalas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

Setidaknya satu orang tewas ketika para pengunjuk rasa yang memisahkan diri dari kelompok utama bentrok dengan polisi di luar gedung Kabinet.

Sejumlah pejabat mengatakan setidaknya tiga orang terluka dalam bentrokan terbaru, yang terjadi menyusul kekerasan Jumat malam di kota Iskandariyah.

Gas air mata menyelimuti jalan-jalan kota pantai Iskandariyah yang gelap, Jumat malam, di mana ribuan pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan keamanan.

Banyak demonstran melemparkan batu ke arah polisi anti huru-hara yang menjaga keamanan bangunan utama kota itu sebelum dihalau polisi yang menggunakan kendaraan lapis baja.

Sementara itu, di Kairo, ribuan demonstran turun ke jalan memberikan dukungan mereka terhadap polisi dan militer.

Aksi unjuk rasa malam hari itu dilakukan menyusul protes besar-besaran di Lapangan Tahrir Kairo. Puluhan ribu orang memadati lapangan itu sebelumnya, menuntut segera diakhirinya kekuasaan militer.

Banyak orang juga mengecam keputusan dewan militer yang berkuasa menunjuk tokoh yang pernah menjabat di bawah mantan Presiden Hosni Mubarak sebagai perdana menteri yang baru.

Kamal el-Ganzouri hari Jumat mengatakan ia tidak akan dapat membentuk kabinet baru sebelum pemilu parlemen hari Senin. Pemilu itu adalah yang pertama sejak Mubarak dipaksa turun dari kekuasaannya.

Pemerintah Mesir mengumumkan bahwa pemilu akan berlangsung selama dua hari, bukan satu hari. Kantor berita Reuters mengutip seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri mengatakan perubahan itu dirancang untuk meredakan kekhawatiran tentang masalah keramaian dan keamanan.

Setidaknya 41 orang telah tewas dalam bentrokan terkait protes di berbagai penjuru negeri.