Keretakan Hubungan Aktris Johansson dan Oxfam Soroti Tepi Barat

Aktris Scarlett Johansson tiba di pemutaran film 'Her' di Festival Film Internasional Roma ke-8 di Roma, 10 November 2013.

Keretakan antara aktris Scarlett Johansson dan badan amal Oxfam telah menjadi sorotan dalam percakapan perdamaian paling berduri di Timur Tengah.
Johansson mengumumkan hari Kamis bahwa ia telah berhenti dari perannya sebagai duta besar Oxfam, sebelum iklan SodaStream, perusahaan soda Israel, di mana ia tampil ditayangkan pada acara Super Bowl Minggu ini.
Kesepakatan sponsorship senilai jutaan dollar tersebut telah menyebabkan reaksi keras di antara aktivis dan kelompok kemanusiaan karena pabrik terbesar SodaStream berdiri di pemukiman Yahudi di Tepi Barat, yang disebut Oxfam "tidak sesuai" dengan peran Johansson.
Johansson menerima pujian dari Kongres Yahudi Dunia (WJC) akibat perseteruan tersebut. Ia juga menerima kritik pedas dari kelompok Palestina yang menyerukan boikot atas semua produk Israel - dan publikasi besar untuk SodaStream.
“Saya pikir semua orang mendapatkan perhatian dari persoalan ini,” Mark Borkowski, spesialis humas dan seorang penulis yang menetap di London menyampaikan pada Reuters.
SodaStream mempekerjakan warga Palestina dan Israel dan mengatakan pabriknya menerapkan model kerjasama damai. Tapi pemukiman Yahudi dianggap ilegal di bawah hukum internasional dan dikecam oleh Oxfam, yang punya operasi besar di wilayah tersebut.
Setelah berminggu-minggu berkonsultasi dengan Oxfam, di mana ia menjadi duta besar sejak 2007, Johansson menginformasikan pada badan amal tersebut bahwa ia akan menghentikan hubungan tersebut.
'Penyangkalan HAM'
Oxfam mengumumkan menerima keputusan Johansson dan mengatakan: “Oxfam percaya bahwa bisnis, seperti SodaStream, yang beroperasi di pemukiman tersebut memperparah kemiskinan dan merupakan penyangkalan HAM komunitas Palestina yang kami perjuangkan.”
Yonah Lloyd, kepala komunikasi SodaStream mengatakan perusahaannya tidak menginginkan kontroversi dan berharap konsumen tidak fokus pada masalah tersebut.

“Kami tidak menginginkan publikasi ini, tapi kami berharap akhirnya orang-orang akan menyadari kebaikan yang kami lakukan bagi para pegawai kami.”
WJC memuji Johansson untuk “pembelaannya yang kuat bagi kerjasama ekonomi antara warga Israel dan Palestina dan untuk berdiri tegar menghadapi bully dunia internasional” dan mengkritik Oxfam.
“Dengan menghentikan kerjasama dengan Johansson ... Oxfam telah memilih untuk mendukung gerakan anti-semitik BDS,” ujar CEO WJC Robert Singer dalam sebuah pernyataan, merujuk pada kelompok yang menyerukan boikot, penghentian investasi dan sanksi terhadap Israel dan produk-produk Israel.
“Ini adalah tindakan pengecut dan Oxfam harus menyadari bahwa ini adalah kesalahan besar,” tambah Singer.
Sebaliknya, Omar Barghouti, salah satu pendiri Kampanye Palestina untuk Boikot Akademis dan Budaya Israel, mengatakan kemenangan untuk kampanyenya, dan perseteruan tersebut merugikan perusahaan tersebut dan sang aktris.

“[SodaStream] terekspos ke seluruh dunia sebagai pencatut pendudukan Israel. Sebelumnya, sebagian besar konsumen SodaStream tidak tahu bahwa mereka melakukan pelanggaran berat HAM,” katanya pada Reuters, menambahkan bahwa “reputasi Johansson sebagai pembela HAM telah hancur.”
Pertengkaran tersebut terjadi ketika Amerika memulai usaha percakapan damai antara Israel dan Palestina. Pejabat Israel takut bila percakapan tersebut gagal, seruan baru untuk boikot ekonomi terhadap Israel dan pemukimannya akan muncul.
Dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan oleh media AS, juru bicara Johansson menulis: “Johansson dan Oxfam punya perbedaan pendapat fundamental tentang gerakan boikot, penghentian investasi dan sanksi.”
Gerakan itu, disponsori oleh sebagian besar kaum intelek dan blogger Palestina, mengkampanyekan boikot menyeluruh terhadap produk Israel dan mempertanyakan legitimasi negara Yahudi.
Kelompok HAM internasional termasuk Oxfam mencoba mencegah perdagangan hanya dengan perusahaan Israel yang berlokasi di wilayah pendudukan Tepi Barat.
“Tidak mungkin menghiraukan sistem Israel yang diskriminatif dan melanggar hukum, perampasan tanah, pencurian sumber daya alam, dan pemindahan paksa warga Palestina di wilayah Tepi Barat yang diduduki, di mana SodaStream berada,” Human Rights Watch di New York menyatakan hari Rabu.