Kekhawatiran akan Militansi Islamis Meningkat di Negara-negara Islam: Survei

Kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

Seiring banyaknya publikasi mengenai kekerasan kelompok militan, kekhawatiran mengenai ekstremisme Islam tinggi di negara-negara dengan populasi Muslim yang substansial.

Mayoritas besar masyarakat di negara-negara Muslim semakin mengkhawatirkan militansi Islamis dan menolak kelompok-kelompoknya yang paling dikenal, seperti gerakan global al-Qaida, Boko Haram di Nigeria dan Hamas, menurut sebuah survei baru.

Dukungan atas taktik-taktik dengan kekerasan seperti pemboman bunuh diri telah menurun di banyak negara dalam 10 tahun terakhir, meski beberapa negara masih memiliki minoritas yang signifikan yang menyetujuinya, menurut survei Pew Research Center yang berbasis di Washington.

Pew, yang secara rutin melacak opinio mengenai isu-isu agama di seluruh dunia, melakukan jajak pendapat dari 14.000 Muslim di 14 negara pada April dan Mei, sebelum kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengambil alih wilayah besar di Irak dan Suriah dan mengumumkan kekalifahan Islam baru di sana.

Meski tidak menanyakan mengenai ISIS, penemuan survei menunjukkan ada sedikit dukungan atas desakan pada Selasa oleh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi untuk para Muslim di seluruh dunia untuk mengusung senjata untuk membalas apa yang ia sebut keburukan melawan Islam.

"Seiring banyaknya publikasi mengenai kekerasan, dari perang saudara sampai pemboman bunuh diri, yang merupakan wabah di Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan, tingkat kekhawatiran mengenai ekstremisme Islam tinggi di antara negara-negara dengan populasi Muslim yang substansial," menurut survei tersebut.

"Di sebagian besar negara-negara Timur Tengah, kekhawatiran mengenai ekstremisme telah meningkat dalam setahun terakhir," menurut survei yang diluncurkan Selasa (1/7).

Lebanon merupakan negara yang paling merasa khawatir, dengan 92 persen responden mengatakan mereka khawatir dengan ekstremisme Islam di negaranya. Tunisia menyusul dengan 82 persen, lalu Mesir dengan 75 persen dan Palestina dengan 65 persen. (Reuters)