Kapal Feri Korea Selatan Sering Kelebihan Muatan

Masyarakat berkumpul untuk memberikan penghormatan pada para korban kapal feri Sewol yang tenggelam, di Ansan, Korea Selatan (4/5). (AP/Ahn Young-joon)

Kapal Korea Selatan yang tenggelam ternyata sering kelebihan muatan, sehingga menurut para ahli belokan sedikit saja bisa membuatnya kehilangan keseimbangan.
Kapal feri Sewol melebihi batas kargo pada 246 pelayaran, atau hampir setiap perjalanan mengangkut kargo yang dilaporkan, dalam kurun 13 bulan sebelum tenggelam, menurut dokumen yang mengungkap kegagalan regulator yang mengizinkan ratusan penumpang menaiki kapal yang tidak aman itu. Dan kemungkinan kapal itu sangat kelebihan muatan pada perjalanan terakhir tersebut, dibandingkan perjalanan-perjalanan sebelumnya.

Bencana pada 16 April, yang menyebabkan lebih dari 300 orang hilang atau tewas, telah memaparkan celah keselamatan besar dalam sistem pengawasan kapal penumpang domestik di Korea Selatan, yang kurang ketat dibandingkan peraturan untuk kapal yang hanya mengangkut kargo.

Secara kolektif, para regulator memiliki lebih dari cukup informasi untuk menyimpulkan bahwa Sewol sering kelebihan muatan, tapi karena mereka tidak saling berbagi data dan tidak diwajibkan melakukannya, hal itu tidak berguna.

Lembaga Registrasi Perkapalan Korea pada tahun lalu mengatakan Sewol dirancang kembali untuk memuat lebih banyak penumpang. Lembaga itu memotong kapasitas kargo kapal itu sampai lebih dari setengahnya, menjadi 987 ton, dan mengatakan kapal itu perlu membawa lebih dari 2.000 ton air untuk tetap seimbang.

Namun informasi itu hanya diberikan pada pemilik kapal, Chonghaejin Marine Co. Ltd. Baik penjaga pantai maupun Asosiasi Perkapalan Korea, yang mengatur dan mengawasi keberangkatan dan ketibaan kapal penumpang domestik, tidak memiliki pengetahuan mengenai batas baru ini sebelum bencana terjadi.

Chonghaejin melaporkan kapasitas kargo yang jauh lebih besar pada asosiasi perkapalan: 3.963 ton, menurut pejabat penjaga pantai di Incheon yang memiliki akses terhadap dokumentasi namun enggan merilisnya.

Menurut seorang pejabat asosiasi perkapalan, satu-satunya orang di atas kapal yang mengetahui batas keselamatan kargo secara tepat, tidak termasuk air balas, bahan bakar, penumpang dan lainnya, adalah mualim pertama.

Ke-15 awak kapal yang selamat dan terlibat dalam navigasi feri telah ditangkap, dengan tuduhan kelalaian dan kegagalan melindungi penumpang. Jaksa penuntut juga menahan tiga pegawai pemilik kapal yang mengurus kargo, dan telah memeriksa kantor-kantor pemilik kapal, asosiasi perkapalan dan lembaga registrasi. Kepala asosiasi perkapalan dan lembaga registrasi mengajukan pengunduran diri menyusul bencana tersebut.

Penyebab tenggelamnya kapal masih diselidiki, namun para ahli mengatakan bahwa jika kapal sangat kelebihan muatan, bahkan belokan kecil pun dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan. Data pelacak menunjukkan kapal membuat putaran 45 derajat sebelum mulai tenggelam.

Beberapa ahli mengatakan Sewol seharusnya tidak diperbolehkan beroperasi setelah dirancang ulang tahun lalu karena pemiliknya tidak dapat menghasilkan uang di bawah batas kargo yang baru.

Operator feri "mencoba menarik untung dengan melebihi muatan kargo," ujar Kim Gil-soo, seorang profesor di Korea Maritime and Ocean University di Busan, "dan lembaga-lembaga publik yang seharusnya mengawasi tidak melakukan hal itu." (AP)