Juara 3 Kompetisi Penyeduh Kopi Terbaik Dunia, Ryan Wibawa Angkat Tema Bhineka Tunggal Ika

Ryan Wibawa, juara 3 kompetisi penyeduh kopi terbaik dunia, World Brewers Cup 2024 (dok: Tony Pramana, Ryan Wibawa)

Kemenangan penyeduh kopi atau brewer asal Indonesia, Ryan Wibawa yang berhasil meraih juara 3 di ajang World Brewers Cup di Amerika tidak hanya telah membuat bangga Indonesia, namun juga menjadi penyemangat baru bagi industri kopi di Indonesia.

Brewer atau penyeduh kopi asal Indonesia, Ryan Wibawa berhasil menoreh prestasi sebagai juara 3 di kontes menyeduh kopi tingkat dunia, World Brewers Cup 2024, di Chicago, Illinois, baru-baru ini.

Ini merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan disela ajang Specialty Coffee Expo yang berlangsung tanggal 12-14 April lalu di Chicago. Kali ini, Ryan bersaing dengan para penyeduh kopi kelas atas lainnya yang berasal dari 41 negara yang berbeda.

“Ini sungguh-sungguh momen yang mungkin the best moment in my life,” ujar Ryan Wibawa saat dihubungi oleh VOA.

Ryan Wibawa

Ryan yang dikenal sebagai Coffee Professional mewakili Indonesia untuk berlaga di World Brewers Cup 2024, setelah sebelumnya berhasil menjuarai kompetisi di tingkat nasional, Indonesia Brewers Cup 2023 bulan Desember lalu.

Prestasi baru Ryan spontan membuat bangga para pelaku industri kopi di Indonesia, termasuk Mira Yudhawati, Chief Operating Officer untuk Neumann Kaffee Gruppe di Indonesia, yang juga adalah seorang Q grader atau orang yang memiliki sertifikat khusus berdasarkan Q Coffee System yang dikeluarkan oleh Coffee Quality Institute, yang berpusat di Amerika Serikat.

Mira Yudhawati, Chief Operating Officer Neumann Kaffee Gruppe, Q grader, sekaligus juri kompetisi barista tingkat dunia (dok: Mira)

“Dengan kemenangan Ryan ini saya rasa makin meningkatkan geliat, antusias dari para brewers di Indonesia dan Ryan telah membantu untuk men-setting standar yang lebih tinggi lagi untuk para brewers di Indonesia,” ujar Mira yang juga adalah orang Indonesia pertama yang ditunjuk sebagai juri kompetisi barista kelas dunia, World Barista Competition.

Tahun ini, hanya ada enam penyeduh kopi dari beragam negara yang bersaing ketat untuk masuk ke babak final.

Brewel asal Austria, Martin Wölfl, berhasil menang sebagai juara pertama untuk kompetisi World Brewers Cup 2024, disusul oleh Wataru Lidaka asal Jepang.

Selain Indonesia, 3 perwakilan dari Australia, Prancis, dan Republik Ceko juga berhasil tembus ke babak final tahun ini.

Nama Ryan Wibawa memang sudah tidak asing lagi di industri kopi Indonesia. Mengawali karirnya di industri kopi pada tahun 2011 saat masih duduk di bangku kuliah, Ryan juga sudah sering mengikuti berbagai kompetisi kopi.

Kini, pria kelahiran tahun 1994 ini bekerja sebagai Head of Coffee di Common Grounds Coffee, dimana ia bertanggung jawab atas Standar Operasional Prosedur, pelatihan, dan pengembangan minuman.

Mengulik Resep dan Teknik.

Setelah meraih juara 1 di Indonesia Brewer Cup 2023, Ryan pun tidak tinggal diam. Selama kurang lebih 3 bulan, ia berlatih secara intensif untuk mempersiapkan dirinya bersaing di World Brewers Cup.

“Tentunya mulai dari menyiapkan konsep apa sih yang sebenarnya mau aku sampaikan di stage World Brewers Cup ini. Selain konsep, tentunya pemilihan kopi,” jelas Ryan.

“Bukannya sampai stressful banget, cuman memang agak tense banget untuk gimana caranya kita memilih konsep yang pas, kopi yang pas untuk kita bawa ke panggung World Brewers Cup,” tambahnya.

Ryan Wibawa, Barista dan Coffee Professional asal Indonesia (dok: Ryan Wibawa)

Selain harus menemukan konsep yang pas untuk dipresentasikan di panggung dunia, ia juga harus memilih alat penyeduh yang tepat, serta mempelajari berbagai hal teknis yang diperlukan saat berkompetisi.

Tidak hanya melatih dirinya untuk bisa menyeduh kopi yang terbaik dengan konsisten, ia juga mengulik resep berdasarkan profil dari kopi yang ia gunakan, masa istirahat yang diperlukan untuk kopinya, serta menemukan waktu yang tepat dimana kopi dapat mengeluarkan rasa sejati yang maksimal.

Tantangan Baru

Ini bukan pertama kalinya Ryan Wibawa mengikuti kompetisi World Brewers Cup. Tahun 2016, pria yang mengawali karirnya sebagai barista paruh waktu di Starbucks Indonesia ini juga pernah mewakili Indonesia di kompetisi yang sama di Dublin, Irlandia. Pada waktu itu ia harus bersaing dengan perwakilan dari 36 negara.

Ryan Wibawa, Barista dan Coffee Professional asal Indonesia (dok: Ryan Wibawa)

Meski belum berhasil tembus ke babak final dan menjadi juara pada tahun 2016, pengalamannya berlaga di kompetisi tingkat dunia tersebut menjadi tantangan baginya untuk terus belajar lebih dalam mengenai teknik dan seni menyeduh kopi.

“Kalau di flashback delapan tahun yang lalu banyak banget perubahan yang terjadi, tentunya di tren coffee yang sekarang bermunculan. Juga rules and regulation yang baru berubah,” jelasnya.

“Menurutku itu tantangan yang membuatku harus belajar lagi bahwa apa yang aku tahu sebelumnya belum tentu bisa aku aplikasikan di tahun ini,” tambahnya.

Ryan Wibawa bersama teman-teman di ajang World Brewers Cup 2024 (dok: Ryan Wibawa)

Hal ini juga diakui oleh Mira Yudhawati yang selalu mengikuti perkembangan Ryan di dunia kopi Indonesia, khususnya saat ia menjadi kepala juri di saat Ryan baru mulai bergabung di kompetisi kopi, hingga bisa meraih juara 3 di kompetisi tingkat dunia. Menurut Mira, Ryan adalah sosok yang sangat gigih dan ia pun tidak kaget ketika melihat Ryan bisa berada di posisinya saat ini.

“Saya ingat betul waktu Ryan menjuarai Brewers Cup (Indonesia.red) di tahun 2016 dan mewakili Indonesia di ajang dunia. Walaupun pada ajang dunia tersebut Ryan gagal untuk memasuki babak berikutnya, tapi itu justru membuat dia menjadi semakin terdorong untuk belajar lagi,” kata Mira.

“Dengan melihat juara-juara dari negara lain, itu membuat Ryan merasa bahwa dia belum tahu segalanya, jadi dia ingin terus belajar,” tambahnya.

Untuk persiapan World Brewers Cup 2024 ini Ryan dibantu dengan tim yang beranggotakan para pelaku industri kopi yang berprestasi di dunia internasional, seperti Emi Fukahori, juara World Brewers Cup tahun 2018, yang juga adalah salah satu pendiri Mame Coffee di Swiss.

“Tantangan-tantangan yang aku hadapi jadi sebuah proses yang menyenangkan, proses pembelajaran yang akhirnya membuat aku jadi lebih baik lagi sebagai seorang professional di coffee industry,” ujar Ryan.

Tembus ke Final

Kompetisi World Brewers Cup kali ini terdiri dari tiga ronde, dimana pada ronde pertama, para peserta bisa menyajikan kopi yang mereka bawa dengan alat dan air yang mereka pilih. Mereka lalu melakukan presentasi di hadapan para juri sambil menceritakan tentang kopi yang mereka sajikan, proses penyeduhan, serta rasa yang akan dihasilkan.

Ryan Wibawa tengah bersiap menyeduh kopi untuk para juri di kompetisi World Brewers Cup 2024 di Chicago, Illinois (dok: Ryan Wibawa)

Selanjutnya 12 orang dengan nilai tertinggi melaju ke babak semi-final, di mana mereka harus menyeduh kopi tanpa label yang diberikan oleh pihak penyelenggara tanpa mengetahui asal dan jenis kopinya. Mereka diperbolehkan untuk berlatih selama 30 menit untuk bisa menyeduh kopi tersebut dan menghasilkan rasa yang terbaik.

“Enggak hanya itu, untuk grinder, dan juga air, itu enggak boleh diubah. Jadi kita sebagai competitor akan memakai air yang sama, dan memakai grinder yang sama untuk menggiling kopi tersebut,” kenang Ryan.

Para juri pun lalu menilai kopi hasil seduhan dari para peserta tanpa mengetahui siapa penyeduhnya. Kemudian, enam peserta dengan nilai tertinggi melaju ke babak final, dimana mereka kembali melakukan presentasi dan menyeduh kopi seperti pada ronde pertama.

Bhineka Tunggal Ika

Semboyan nasional Indonesia, Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu menjadi inspirasi dari konsep yang disampaikan oleh Ryan di kompetisi World Brewers Cup 2024. Ide ini muncul dari konsep menggabungkan beberapa jenis kopi menjadi satu. Adalah misinya untuk menciptakan sensasi yang harmonis dalam secangkir kopi.

“Apa yang aku lakukan sebenarnya punya tujuan yang sama seperti itu (Bhineka Tunggal Ika.red). Kalau bisa dilihat dari tiga kopi yang aku bawa pun itu punya tiga perbedaan yang sangat kontras, dari negara asalnya berbeda, processing-nya berbeda, sampai varietasnya juga berbeda,” papar Ryan.

Ryan Wibawa tengah menyeduh kopi untuk para juri di kompetisi World Brewers Cup 2024 di Chicago, Illinois (dok: Ryan Wibawa)

Di kompetisi kali ini, Ryan membawa kopi spesialti Indonesia, Sukawangi Excelsa dari Sumedang, Jawa Barat, yang dicampur dengan kopi Windy Ridge Geisha dengan varietas Geisha dari Boquete, Panama dan kopi dari Huila, Colombia, dengan varietas Ombligon.

“Yang aku pengin sampaikan, aku merasa bahwa semua kopi punya ciri khasnya sendiri, punya keunikannya sendiri, punya keindahannya sendiri, yang ternyata ketika kita coba gabungkan, itu bisa memberikan suatu harmoni yang membuat kita happy, yang membuat kita senang dengan rasanya dan itu menurutku juga merepresentasikan coffee industry secara world level,” ujarnya.

Tidak hanya keharmonisan yang ia ingin hadirkan dalam secangkir kopi seduhannya, tetapi Ryan juga merasakan hal yang sama saat hadir di ajang World Brewers Cup 2024 dan Specialty Coffee Expo, dimana para pelaku di industri kopi dari berbagai negara berkumpul bersama untuk tujuan yang sama, yaitu memajukan industri kopi.

“Kita berkumpul tanpa melihat latar belakang, tanpa melihat negara dari mana, tanpa melihat religion atau ras, atau apapun itu. Kita berkumpul, berkenalan, kita berkompetisi dan sangat-sangat menyenangkan euforia-nya,” ceritanya.

“Memang industri kopi ini ternyata sangat mirip dengan spirit-nya Indonesia, Bhineka Tunggal Ika, yang merepresentasikan unity in diversity,” tambahnya.

Para penonton pun dibuat merinding dan terharu saat Ryan dengan bangga menyebut slogan Bhineka Tunggal Ika di akhir presentasinya di hadapan para juri:

“Setiap kopi memiliki keindahan tersendiri yang berasal dari varietas dan proses pengolahan yang berbeda. Cangkir ini akan menunjukkan bagaimana keragaman kopi dapat bersatu menjadi satu harmoni, sama seperti kita semua di sini. Ini tidak hanya merayakan potensi kopi, tetapi juga semangat negeri saya, Bhineka Tunggal ika, yang berarti persatuan dalam keberagaman.”

Makna Kemenangan

Menjadi juara 3 di kompetisi World Brewers Cup bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan bagi Ryan. Melalui kemenangan ini Ryan ingin bisa memberikan dampak yang positif untuk orang-orang di sekelilingnya, khususnya di industri kopi.

“Bagaimana aku bisa berdampak positif, bagaimana aku bisa memberikan impact lebih ke industri kopi, khususnya di negaraku sendiri, yaitu di Indonesia, bahwa apa yang aku sampaikan, apa yang aku coba untuk capai di sini, nantinya bisa memberikan dampak yang baik juga ke industri kopi Indonesia,” jelas Ryan.

Ryan Wibawa, Barista dan Coffee Professional asal Indonesia (dok: Ryan Wibawa)

Kembali membawa nama Indonesia ke final kompetisi kelas dunia, Ryan memiliki harapan yang baru bagi industri kopi di Indonesia, khususnya ketika melihat dalam beberapa tahun terakhir banyak barista-barista muda Indonesia yang sudah menjadi juara dunia juga.

“Mudah-mudahan ini bisa memacu, memotivasi barista-barista lain yang ada di Indonesia, bahwa kita mampu, kita bisa untuk berkompetisi di tingkat dunia dan menunjukkan bahwa kita punya kualitas-kualitas barista terbaik yang bisa kita bawa ke kompetisi dunia dan bisa berprestasi di sana,” tegasnya.

Bagi Mira Yudhawati, kemenangan Ryan juga menghadirkan makna tersendiri bagi industri kopi di Indonesia, selain memicu para brewers untuk meningkatkan ketrampilan mereka.

“Ryan membawa kopi Indonesia di kancah internasional. Ini memberikan semangat baru enggak cuman untuk para barista, tapi juga petani kopi di Indonesia atau semua stakeholder di kopi. Jadinya kami semua yang ada di industri kopi di Indonesia lebih bersemangat untuk meningkatkan kualitas kopi Indonesia,” ujar Mira.

Ryan Wibawa

Kehadiran dan kemenangan Ryan di ajang dunia World Brewers Cup ini juga memberikan harapan penuh bagi diaspora Indonesia seperti Lisa Maria, pemilik usaha kopi spesialti, Hijau, yang baru beroperasi sejak Februari lalu di San Jose, California.

“Saya merasanya hopeful (penuh harapan.red) sih ya. Jadi saya juga hopeful diaspora Indonesia di Amerika atau di belahan dunia lainnya) bisa lebih me-represent Indonesia,” ujarnya kepada VOA.

“Hopefully, dengan Hijau ini, dengan vendor-vendor Indonesia lain di Amerika atau (di belahan dunia lainnya), kita bisa membawa nama Indonesia lebih lagi,” tambahnya.

Ryan Wibawa, Barista dan Coffee Professional asal Indonesia (dok: Ryan Wibawa)

Untuk bisa mencapai di titik Ryan yang sekarang, tentunya tidaklah mudah. Pernah gagal mempertahankan gelar juara di kompetisi di masa lalu sempat membuatnya terpukul. Namun, Ryan tidak menyerah dan kembali bangkit untuk menekuni dunia yang ia cintai, hingga bisa menjadi juara di ajang dunia.

Ia merasa beruntung telah mendapatkan dukungan dan semangat dari orang-orang di sekelilingnya, termasuk keluarganya. Adalah keinginannya untuk bisa memberikan yang terbaik, khususnya untuk Indonesia.

“Bagiku sih yang menyemangati aku, kalau cuman dari diriku sendiri sih pasti enggak akan cukup ya, karena pasti aku akan menyerah. Aku bersyukur sih karena dikeliling sama orang-orang yang sangat suportif. Dari tempat kerja aku, yaitu khususnya leader-leader-ku Pak Daryanto, lalu ada Pak Aston yang dimana mereka sangat men-support aku untuk coba mengejar mimpi aku,” ujar Ryan.

Ryan Wibawa bersama Daryanto Witarsa, salah satu pendiri Common Grounds (dok: Ryan Wibawa)

Tidak lupa, Ryan juga mengatakan bahwa keberhasilannya ini juga “tidak lepas dari campur tangan Tuhan.”

“Aku merasa bahwa semua yang aku lakukan itu bukan karena hebatnya aku sendiri, bukan karena kuatnya aku sendiri, tapi semua udah diizinkan sama Tuhan. Aku bisa mendapatkan peringkat 3, bisa lancar melewati semua round-nya dengan baik, itu semua berkat Tuhan,” katanya.

Melalui apa yang ia capai dan lakukan, Ryan berharap dapat menginspirasi dan memotivasi orang untuk bisa menjadi diri yang lebih baik lagi. Tak lupa, ia akan terus menjalani dan melakukan apa yang ia cintai ini, dengan berpegang teguh pada visi dan misinya, untuk bisa memberikan dampak yang positif bagi orang di sekitarnya, juga di industri kopi di Indonesia dan dunia. [di/ii]