Insiden Tambang Afsel Bisa Picu Gejolak Politik Lebih Besar

Polisi Afrika Selatan saat melakukan penembakan atas para buruh tambang yang diduga bersenjata di lokasi pertambangan Rustenburg, sekitar 100 kilometer barat laut Johannesburg (foto: dok).

Pengamat dan politisi mengatakan insiden Kamis lalu, di mana polisi menewaskan 34 orang, bisa memicu gejolak politik – sekaligus introspeksi bagi Afrika Selatan.
Afrika Selatan mulai merasakan akibat dari bentrokan berdarah antara polisi dan buruh yang mogok di tambang platina. Pengamat dan politisi mengatakan insiden Kamis lalu, di mana polisi menewaskan 34 orang, bisa memicu gejolak politik – sekaligus introspeksi.

Ketika polisi Afrika Selatan menembak tewas puluhan penambang yang marah dan melancarkan aksi protes pekan lalu, dua pemimpin politik bergegas ke tempat kejadian.

Bisa ditebak, salah satunya adalah Presiden Jacob Zuma. Yang lainnya adalah Julius Malema, penghasut dan pemimpin pemuda, yang dikeluarkan dari partai Kongres Nasional Afrika yang berkuasa. Tetapi, komentar Malema yang radikal dan militan tentang insiden itu bisa memicu masalah politik bagi partai tersebut.

Menurut Adam Habib, analis pada University of Johannesburg, Malema memahami sepenuhnya bahwa penembakan buruh yang mogok di tambang platina Lonmin adalah krisis politik.

Ia tidak yakin hal itu akan mempengaruhi hasil pemilihan presiden tahun depan, walaupun ia yakin itu akan berdampak.

"Menurut saya, insiden itu akan berdampak besar pada politik, khususnya akan memprovokasi semacam krisis jati diri di Afrika Selatan, tentang sikap dan keinginan masyarakat. Hal ini juga menunjukkan semacam budaya macho, yang agresif, dan perintah tembak di tempat, yang selama ini dipopulerkan polisi dan Jacob Zuma sendiri ketika ia berkuasa, telah berdampak sangat merusak," ujar Adam Habib.

Julius Malema, tokoh pemuda Afrika Selatan, yang dipecat dari partai Kongres Nasional Afrika (ANC) yang berkuasa.

Julius Malema sudah memperingatkan Afrika Selatan tentang berbagai hal, seperti penembakan itu, selama bertahun-tahun, bahwa rakyat kelas bawah yang miskin dan marah akan melawan tuan mereka yang kaya, dengan konsekuensi yang mematikan.

Itu pula yang mendorong Malema menyerukan agar Zuma mundur. Namun, Malema agak kontradiktif.

Meskipun bicara tentang hak kaum proletar mengenai perlunya serikat penambang yang lebih militan, ia tinggal di pinggiran kota Johannesburg yang mewah. Sementara ia menyerukan agar penambang harus digaji sekitar 18 ribu dolar per tahun, ia menunggak pajak kepada pemerintah hampir lima juta dolar.

Jurubicara Malema tidak menanggapi permintaan komentar.

Masyarakat Afrika Selatan terpecah secara ekonomi. Mobil Maserati yang mahal berseliweran di jalan-jalan Johannesburg bersama minibus Toyota yang lusuh dan sarat penumpang. Negara itu adalah produsen platina terbesar di dunia. Namun jutaan rakyat Afrika Selatan hidup miskin tanpa layanan dasar seperti air dan listrik, dan lebih dari separuh penduduk hidup di bawah garis kemiskinan.

Ishmael Mnisi dari partai ANC mengatakan partai yang berkuasa itu berusaha tidak menyalahkan siapapun. Menurutnya, masyarakat masih percaya pada partai tersebut, dan mengkritik komentar Malema.