Inggris Bebaskan dengan Jaminan Peretas Komputer Militer AS

  • Al Pessin

Inggris membebaskan dengan uang jaminan seorang pria yang dituduh meretas sistem komputer militer pemerintah dan sipil AS (foto: ilustrasi).

Seorang pria Inggris dibebaskan dengan uang jaminan setelah dituduh meretas sistem komputer militer pemerintah dan sipil Amerika.
Kasus tersebut menunjukkan sulitnya mengamankan data yang sensitif, dan bisa diperumit oleh kemarahan di Eropa atas pengintaian oleh badan-badan intelijen Amerika yang melacak jutaan email dan percakapan telepon.

Pria berusia 28 tahun yang berasal dari desa kecil di Inggris timur itu didakwa melakukan kejahatan dunia maya di Amerika dan Inggris. Ia diduga bekerja sama dengan peretas di Swedia dan Australia untuk berulang-kali masuk ke dalam sistem komputer ribuan organisasi Amerika, termasuk Angkatan Darat Amerika, Departemen Pertahanan, Badan Perlindungan Lingkungan (EPA), dan Badan Antariksa AS NASA, dalam setahun ini.

Pria bernama Lauri Love itu didakwa mencuri informasi pribadi anggota militer Amerika, dokumen anggaran, informasi tentang kontrak dan rincian rencana untuk menutup fasilitas-fasilitas militer. Tak ada indikasi para peretas itu melakukan sesuatu dengan data yang diduga mereka curi.

Profesor Keamanan Dunia-maya Tom Chen pada City University London mengatakan peretasan seperti itu merupakan masalah lama yang sampai kini belum terpecahkan.

"Selalu ada kerentanan baru dalam sistem ini, dan sistem-sistem ini terus menerus diserang, terutama milik militer, milik pemerintah. Ini masalah yang terus terjadi karena kompleksitas perangkat lunak sekarang ini. Jadi, tidak mungkin mengetahui semua kerentanan itu sebelumnya," kata Chen.

Chen mengatakan peretas sulit dketahui karena Internet membuat mereka mudah menyembunyikan identitas dan lokasi. Dalam kasus ini, laki-laki itu diketahui antara lain karena ia membual ketika berbincang dalam ruang chat internet. Jaksa menerbitkan transkrip di mana ia membual bisa mencuri identitas pegawai dan kontraktor pemerintah Amerika.

Orang itu terancam hingga 10 tahun penjara dan denda besar jika ia dinyatakan bersalah di Amerika. Tetapi pertama-tama ia harus diekstradisi, dan beberapa komentator mengatakan itu mungkin lebih sulit setelah terjadi kericuhan mengenai pengintaian pemerintah Amerika terhadap jutaan email dan percakapan telepon di Eropa, termasuk percakapan telepon puluhan pemimpin dunia.

Tetapi Profesor Chen mengatakan peretasan semacam ini tidak sama dengan kegiatan mata-mata, dan pemerintah akan bereaksi berbeda.

"Negara lain seharusnya bersimpati karena itu sama mudahnya membayangkan peretas masuk ke situs Inggris atau situs negara lain manapun. Itulah masalah yang dihadapi semua negara, dan menurut saya mereka akan saling bersimpati," tambah Chen.

Namun, Inggris memblokir ekstradisi seorang laki-laki yang menghadapi tuduhan sama setahun lalu ke Amerika.

Tetapi para pakar mengatakan, itu adalah kasus khusus karena laki-laki itu mengidap penyakit yang disebut Sindroma Asperger. Mereka juga mengatakan kasus terbaru itu tampaknya melibatkan lebih banyak lembaga Amerika dan lebih banyak data.