India Catat Lebih dari 200 Ribu Kasus Baru COVID

Nakes tengah mengambil sampel untuk tes COVID-19 di New Delhi, India, 16 April 2021. India mencatat rekor tertinggi kasus positif COVID-19 sebanyak 217.353 dan meningkatnya jumlah kematian menjadi 174.308 korban dalam sehari. (AP Photo/Manish Swarup)

Para pejabat kesehatan di India menyatakan mereka menghitung lebih dari 200 ribu kasus baru COVID hari Kamis, catatan harian tertinggi bagi negara di Asia Selatan itu.

Lonjakan kasus itu membuat India berupaya keras mencari tempat tidur dan oksigen untuk rumah sakit. Jumlah yang meningkat itu juga memaksa India, produsen utama vaksin, untuk menunda pengiriman global vaksin COVID dan menggunakannya untuk keperluan di dalam negerinya.

Pejabat kesehatan New Delhi S.K. Sarin, mengatakan kepada Associated Press bahwa lonjakan kasus itu “mengkhawatirkan.”

Beberapa pejabat kesehatan masyarakat juga menyatakan mereka meyakini sebuah festival Hindu di mana ratusan umat mandi di Sungai Gangga, serta rapat-rapat umum politik baru-baru ini, mungkin berkontribusi pada lonjakan tersebut.

Umat berkumpul untuk berdoa di tepi sungai Gangga saat berlangsungnya Kumbh Mela (Festival Pitcher) di tengah pandemi COVID-19, di Haridwar, India, 10 April 2021. (REUTERS / Danish Siddiqui)

Lebih dari 30 persen orang dewasa Amerika, sekitar 78,5 juta, telah mendapat vaksinasi COVID-19 sepenuhnya, menurut data baru yang dirilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC).

Menurut CDC, 48 persen orang dewasa telah menerima sedikitnya satu dosis vaksin, begitu pula 80 persen orang lanjut usia, yang paling rentan terhadap dampak berbahaya dari virus tersebut. Enam puluh empat persen lansia telah mendapat vaksinasi penuh.

CDC juga melaporkan sekitar 5.800 kasus terobosan, yakni mereka telah divaksinasi tetapi masih terjangkit virus itu.

Nakes tengah mempersiapkan suntikan vaksin COVID-19 Johnson & Johnson untuk vaksinasi warga di Baldwin Hills Crenshaw Plaza, Los Angeles, California, 11 Maret 2021.


“Semua vaksin yang tersedia telah terbukti efektif mencegah sakit parah, rawat inap dan kematian,” kata CDC dalam suatu pernyataan. “Namun, sebagaimana dengan vaksin-vaksin lainnya, kami perkirakan ribuan kasus terobosan akan terjadi, meskipun vaksin itu bekerja sesuai harapan.”

Data CDC muncul di tengah-tengah penghentian sementara pemberian vaksin Johnson & Johnson.

Sebuah panel independen pakar kesehatan AS menangguhkan keputusan akhir mengenai vaksin dosis tunggal COVID-19 buatan Johnson & Johnson itu sementara mereka menerima informasi lebih banyak mengenai vaksin dan kemungkinan kaitannya dengan pembekuan darah yang langka namun berbahaya.

CDC menghentikan sementara vaksin COVID-19 Johnson & Johnson. (Foto: ilustrasi).

Komite penasihat imunisasi CDC mengadakan rapat darurat hari Rabu, sehari setelah CDC dan Badan Pengawasan Makanan dan Obat mengeluarkan pernyataan bersama yang merekomendasikan penghentian sementara pemberian vaksin itu, setelah enam perempuan berusia antara 18 dan 48 tahun mengalami pembekuan darah yang disebut CVST dalam waktu enam hingga 13 hari setelah diimunisasi. Seorang perempuan meninggal, sementara seorang lagi dirawat di rumah sakit dalam keadaan kritis. Enam kasus itu termasuk di antara lebih dari 7 juta orang yang diimunisasi dengan vaksin Johnson & Johnson di berbagai penjuru Amerika.

Sementara itu kabar baik datang dari Eropa. Kasus COVID-19 berkurang di kalangan warga Eropa berusia 80 tahun ke atas, dan tingkat kematian di kelompok usia tersebut mencapai tingkat terendah sejak pandemi berawal,

Dr Hans Henri P. Kluge, Direktur Regional Eropa WHO, saat berada di Copenhagen, Denmark, 15 October 2020. (Foto: WHO/video)

Berbicara hari Kamis dalam konferensi pers virtual di Athena, Direktur Regional Eropa WHO Hans Kluge memuji tren program vaksinasi yang membaik di benua itu, yang memprioritaskan lansia.

Tetapi Kluge mengatakan ini adalah satu-satunya hal menggembirakan dari situasi serius COVID-19 lainnya yang dihadapi Eropa. Ia mengatakan kawasan ini menghadapi rata-rata 1,6 juta kasus baru per minggu dan lebih dari 9.500 kasus baru per jam. Pekan lalu, Eropa mencatat angka lebih dari 1 juta kematian sejak pandemi dimulai.

Dunia mendekati 3 juta kematian akibat COVID-19 dari 138,8 juta kasus yang dikukuhkan, menurut Johns Hopkins Coronavirus Resource Center. [uh/ab]