Ilmuwan Berburu ‘Hotspot’ Pandemi Covid-19 untuk Menguji Vaksin

Seorang tenaga medis memegang botol kecil dengan stiker bertuliskan "Vaksin Covid-19" dan suntikan dalam foto ilustrasi, 10 April 2020. (Foto: Reuters)

Gelombang pertama pandemi Covid-19 mungkin menyurut. Bagi para pembuat vaksin, ini bisa menjadi masalah.

Para ilmuwan di Eropa dan AS menyatakan keberhasilan penutupan wilayah yang ketat dan kebijakan menjaga jarak fisik di beberapa daerah dan negara membuat tingkat penularan virus berada pada tingkat rendah sehingga tidak cukup banyak kasus untuk menguji vaksin yang potensial.

Mereka mungkin perlu ke pusat-pusat pandemi di Afrika dan Amerika Selatan untuk mendapatkan hasil pengujian yang meyakinkan.

“Ironisnya, jika kita benar-benar berhasil menggunakan langkah-langkah kesehatan masyarakat untuk melenyapkan pusat-pusat perebakan virus, akan semakin sulit untuk menguji vaksin,” kata Francis Collins, direktur Institut Kesehatan Nasional di Amerika Serikat.

BACA JUGA: WHO Luncurkan Inisiatif Atasi Virus Global

Vaksin dianggap esensial untuk mengakhiri pandemi yang telah mematikan lebih dari 370 ribu orang dan menjangkiti lebih dari 6 juta orang sejauh ini.

Tetapi menjalankan uji klinis vaksin potensial dalam skala besar untuk penyakit yang sama sekali baru ini sangat rumit, kata para ilmuwan.

Mengetahui kemanjuran dalam uji coba itu sewaktu pandemi masih berlangsung saja sangat sulit, apa lagi sewaktu wabah mulai surut.

BACA JUGA: Data Dini Vaksin COVID-19 Tunjukkan Hasil Positif, Namun ‘Tak Mengesankan’


“Untuk mengetahuinya, orang perlu menghadapi risiko penularan di tengah masyarakat. Jika virus untuk sementara ini telah dilenyapkan, maka upaya ini sia-sia,” kata Ayfer Ali dari Warwick Business School, Inggris.

“Solusinya adalah pindah ke daerah-daerah di mana penularan menyebar luas di tengah masyarakat – di negara-negara seperti Brazil dan Meksiko untuk saat ini,” lanjutnya. [uh/ab]