Hujan Lebat Berhari-hari di Korsel, Korban Tewas Naik Jadi 41

Petugas pemadam kebakaran ikut dalam operasi pencarian dan penyelamatan tanah longsor akibat hujan deras di Yecheon, Korea Selatan, 15 Juli 2023. (Foto: Yonhap via REUTERS)

Korea Selatan telah diguyur hujan lebat yang datang dan pergi selama berpekan-pekan yang sejauh ini menewaskan sedikitnya 41 orang. Kondisi ini menghentikan layanan kereta karena kekhawatiran akan melemahnya fondasi, dan menyebabkan ribuan orang mulai memulihkan diri dari kerusakan akibat badai, di tengah-tengah ramalan cuaca bahwa hujan akan turun lebih banyak lagi.

Sekembalinya dari lawatan ke Eropa, Presiden Yoon Suk Yeol pada Senin (17/7) memimpin rapat darurat. Ia memerintahkan para pejabat untuk menetapkan zona bencana khusus dan berupaya keras mendukung upaya pembangunan kembali dan bantuan kemanusiaan regional.

Yoon juga mengkritik pemerintah lokal yang lemah yang dituding lamban sehingga menyebabkan kematian lebih dari 12 orang di dalam sebuah terowongan yang kebanjiran di Kota Cheongju, Provinsi Chungcheong Utara.

Terowongan bawah tanah itu tidak ditutup untuk lalu lintas meskipun telah dikeluarkan peringatan banjir, lapor media setempat. Banjir bandang terjadi sewaktu tanggul tak lagi menahan banjir besar, kata para pejabat. Sedikitnya 14 mayat ditemukan sementara para petugas bantuan darurat masih terus mengeringkan terowongan itu pada Senin pagi.

Petugas penyelamat terlihat di dekat bus listrik yang ditemukan selama operasi pencarian dan penyelamatan di dekat jalan bawah tanah yang terendam banjir akibat hujan deras di Cheongju, Korea Selatan, 16 Juli 2023. (Foto: REUTERS/Kim Hong-ji )

“Kesiapan badai harus direncanakan dengan memikirkan bahwa berbagai jenis skenario pemanasan global [yang kita lihat sekarang] adalah hal biasa dan bukan pengecualian,” tegas Yoon. “Kita harus benar-benar merombak pemikiran bahwa kita tidak mampu bertindak.”

Sebagian besar kerusakan akibat badai sejauh ini terlihat di bagian tengah yang merupakan daerah pegunungan, yang diguyur hujan paling deras dalam satu dekade ini pada akhir pekan lalu.

Tanah longsor menewaskan beberapa orang, sebut data pemerintah. Sementara itu ratusan jalan rusak atau runtuh, puluhan ribu hektare lahan pertanian digenangi air, dan lebih dari setengah juta ternak mati.

Puluhan situs warisan dunia – termasuk Benteng Gongsanseong di kota Gongju– rusak akibat banjir, kata pemerintah.

BACA JUGA: Korban Banjir dan Tanah Longsor di Korea Selatan Jadi 37 Tewas

Di tempat lain, Korea Utara juga tampak bersiap menghadapi hujan lebat pada hari Senin. Kantor berita pemerintah KCNA mengatakan perdana menteri Kim Tok Hun mengunjungi tempat-tempat pertanian di Provinsi Hwanghae Selatan dan Pyongan Selatan, di mana ia menyerukan manajemen pertanian dan sistem ilmiah untuk meminimalisir kerugian akibat cuaca yang abnormal.

Pihak berwenang di Seoul juga mengawasi jalur Topan Talim yang sedang melewati Hong Kong. Perdagangan di pusat keuangan itu ditutup pada hari Senin sewaktu pemerintah setempat memberlakukan sinyal T8, tingkat peringatan tertinggi ketiga dari sistem peringatan lima level, yang juga menutup sekolah dan sebagian besar layanan pemerintah. Talim diperkirakan akan menjadi topan pertama yang menerjang China daratan tahun ini, menurut perkiraan cuaca. [uh/ab]