HRW Kecam Putusan Cacat Kasus Terorisme di Rusia

Polisi menjaga gedung pengadilan di Rostov-on-Don, Rusia, 15 September 2015. (Foto: dok).

Human Right Watch (HRW) menyerukan pemerintah Rusia untuk terlibat dalam “dialog konstruktif” dengan para pengecamnya daripada menyalahgunakan undang-undang anti terorisme untuk membungkam mereka .

Kelompok pengawas yang berbasis di New York mengeluarkan seruan itu, Rabu (12/2), setelah pengadilan militer Rusia menjatuhkan putusan bersalah yang “berat” dalam tiga kasus terorisme yang “sangat cacat hukum” di mana para terdakwa yang ditahan mengaku tidak dapat berkomunikasi dengan dunia luar, disiksa dan mendapat perlakuan buruk agar mengaku.

Sebanyak 18 terdakwa yang disidang secara terpisah pada tanggal 5 Februari dan 10 di antara mereka dikenai hukuman hingga 23 tahun penjara.

Dalam pernyataannya, Human Right Watch mengatakan, persidangan itu dinodai karena hakim dan penuntut menolak untuk menyelidiki klaim penyiksaan yang diajukan terdakwa dan terlalu mengandalkan analisis pakar yang meragukan dan menggunakan saksi yang dirahasiakan.

Hugh Williamson, kepala HRW untuk Eropa dan Asia Tengah mengatakan, “Para terdakwa tidak mendapat pengadilan yang adil. Putusan itu harus dibatalkan. Tuduhan yang dibuat-buat serta perlakuan buruk selama di penjara harus diselidiki.”

Dalam salah satu kasus, pengadilan distrik di kota Penza pada tanggal 10 Februari lalu, memutuskan tujuh orang bersalah atas tuduhan merencanakan serangan teroris untuk mengacaukan negara dan menghukum mereka antara enam hingga 18 tahun penjara.

Pihak berwenang mengatakan para terdakwa adalah anggota kelompok yang disebut Set atau Network. Namun semua terdakwa mengatakan grup seperti itu tidak pernah eksis, dan meski mereka sama-sama memilki pandangan anti-fasis, mereka hanyalah kelompok orang yang suka bermain perang-perangan.

Pada tanggal 10 Februari, pengadilan di Yekaterinburg menjatuhi hukuman 23 tahun penjara dengan pengamanan maksimum kepada seorang pemimpin cabang Hizbut-Tahrir, kelompok Islam yang dilarang di Rusia, yang dianggap sebagai organisasi teroris. HRW mengatakan, terdakwa, Eduad Nizamov, mengatakan staf pusat penahan memperlakukannya secara buruk dan membuatnya dilecehkan selama dalam penahanan. [lj/ab]