Mitra Bisnis Trump di Indonesia Tidak Lihat Ada Konflik Kepentingan

Pengusaha Hary Tanoesoedibjo berbicara kepada wartawan di Trump International Hotel & Tower di Manhattan, New York (18/1). (Reuters/Joe Penney)

Seperti Trump, Hary percaya politik di Indonesia dapat diuntungkan ketajaman bisnisnya dan ia sekarang sedang fokus pada upaya-upaya politik.

Mitra bisnis Donald Trump di Indonesia menepis kekhawatiran para pejabat etika bahwa kontrak-kontrak bisnis perusahaan-perusahaan presiden AS terpilih itu di luar negeri rentan konflik kepentingan.

Hary Tanoesoedibjo, 51, adalah miliarder yang mengepalai MNC Group, yang membangun dua resor mewah di Indonesia yang akan dikelola Trump Hotel Collection, anak perusahaan Trump Organization.

Seperti Trump, Hary percaya politik di Indonesia dapat diuntungkan ketajaman bisnisnya dan ia mengatakan ia sekarang mendedikasikan separuh dari jam kerja 16 jam setiap hari untuk mengurus Perindo, partai politik yang ia dirikan tahun lalu, dan upaya-upaya politik lainnya.

"Kami tidak menambah proyek baru apa pun sejak ia (Trump) maju sebagai presiden jadi saya kira tidak ada konflik kepentingan," ujar Hary dalam wawancara hari Rabu (18/1) di Trump International Hotel di Manhattan, tempat ia menginap sebelum terbang ke Washington untuk pelantikan Trump hari Jumat.

"Konflik kepentingan terjadi ketika jika setelah ia menang pemilihan umum, lalu kami memutuskan untuk menambah lebih banyak proyek. Itu akan masuk ke daerah abu-abu," ujarnya.

"Tapi proyek kami sebetulnya telah diputuskan jauh sebelum itu." Ia mengatakan bahwa ia menandatangani kontrak dengan Trump pada awal 2015.

Jalur tidak biasa yang ditempuh Trump menuju Gedung Putih sebagai pengusaha yang tidak pernah memegang jabatan politik sebelumnya, dan keputusannya untuk mempertahankan kepemilikan perusahaan-perusahaannya telah membuat ia berkonflik dengan lembaga-lembaga pengawas etika.

Walter Shaub, direktur Kantor Etika Pemerintahan AS, telah gagal mendesak Trump untuk "menjual aset-asetnya yang berkonflik."

Trump mengatakan bahwa perusahaannya tidak akan membuat kontrak-kontrak baru selama ia menjadi presiden dan bahwa dua putra tertuanya, Donald Jr. dan Eric, akan mengambil alih perannya dalam mengelola bisnis.

Hary mengatakan ia bertemu kedua kakak beradik itu selama dua setengah jam hari Rabu pagi di Trump Tower untuk membahas kemajuan resor-resor itu, dan mengatakan bahwa Donald Jr. diperkirakan akan kembali ke Indonesia musim panas ini.

MNC berinvestasi antara US$500 juta dan $1 miliar untuk pembangunan resor-resor itu, satu dekat Jakarta dan satu lagi di Bali. Grup ini membayar perusahaan Trump Hotel untuk mengelola hotel-hotel mewah, lapangan golf dan klub-klub janapada di kedua tempat tersebut. Properti-properti itu dijadwalkan dibuka awal 2019, kata Hary.

Ia meragukan bagaimana hubungan AS-Indonesia mungkin berubah di bawah pemerintahan Trump kecuali untuk menyambut kemauan Trump untuk terlibat dengan mitra-mitra perdagangan AS yang lebih besar untuk mendapatkan kontrak-kontrak perdagangan yang lebih baik.

"Jika AS mendorong negara lain terlalu keras untuk melawan negara besar lain seperti China atau mungkin negara Eropa, hal itu bisa menciptakan situasi dimana negara itu akan mengalihkan investasinya ke tempat lain," ujar Hary, "dan mungkin ke Indonesia."

Ia mengatakan ia mungkin akan memutuskan sebelum akhir tahun depan apakah ia akan maju dalam pemilihan presiden 2019, dengan mengatakan bahwa kemenangan Trump menginspirasi kandidat-kandidat dengan pengalaman politik minim.

"Mungkin suatu hari saya akan meneleponnya untuk meminta nasihat politik," ujarnya. ​[hd]