Harapan Pupus Temukan Korban Selamat Gempa Nepal

  • Anjana Parischa

Tentara Nepal mengangkut seorang pria yang mengalami luka-luka akibat gempa setelah upaya pencarian korban selamat di Kathmandu, Nepal, Senin (27/4).

Di Nepal harapan untuk menemukan korban selamat telah pupus ketika negara kecil itu terus berjuang mengatasi dampak pasca gempa yang telah menewaskan lebih dari 3.700 orang.

Tim SAR kesulitan mencapai para warga yang memerlukan bantuan, di tengah kekhawatiran munculnya epidemi dan semakin langkanya pangan dan air bersih.

Lebih dari 48 jam setelah gempa berkekuatan 7.8 pada skala Richter mengguncang Nepal, para korban selamat yang kebingungan berdoa sambil menunggu kabar tentang keluarga mereka yang hilang sementara tim SAR menggunakan berbagai alat mulai dari belencong sampai tangan kosong untuk menggali reruntuhan.

Pasangan muda di Kathmandu menceritakan kepada wartawan bahwa mereka sedang berada di luar rumah ketika gempa meruntuhkan rumah mereka hari Sabtu. Hingga Senin, masih belum ada kabar mengenai dua anak kecil mereka yang berada di dalam rumah yang hancur itu.

Tetapi sang ayah dengan sabar menunggu di atas timbunan puing-puing. Dia mengatakan ingin menemukan anak-anaknya, dalam keadaan hidup atau mati.

Di ibukota Nepal dan kota-kota lainnya juga terdengar kisah-kisah memilukan lainnya. Kremasi massal dilakukan Senin (27/4) sementara jumlah korban tewas terus bertambah.

Berbagai upaya pertolongan perlahan-lahan mulai berdatangan setelah gempa dahsyat dan gempa susulan yang kuat menyebabkan puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal. Ini merupakan bencana terburuk bagi sebagian besar rakyat Nepal.

Menteri Nepal, Lila Mani Poudyal, kembali memohon bantuan darurat kepada masyarakat internasional, mengatakan mereka perlu banyak halmulai dari pakaian, tenda, tim paramedik sampai pakar untuk membantu mengatasi situasi pasca gempa.

Kamp-kamp terbuat dari tenda raksasa bermunculan di kota-kota utama, tetapi bantuan serupa belum mencapai wilayah terpencil.

Negara tetangga, India, telah berhasil mengirim militer India dan petugas SAR untuk membantu upaya penyelamatan dan pertolongan, tetapi tidak mudah bagi tim-tim internasional lainnya untuk mendarat di Nepal karena kekacauan dan kepadatan di satu-satunya bandara internasional yang kecil di negara itu.

Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, menyinggung tentang kemacetan lalu lintas di jalan raya menuju Kathmandu.

“Sepanjang pengetahuan kami, jalan-jalan masih terbuka, tetapi lalu lintas bergerak sangat lambat, dan padat dengan kendaraan… situasinya sangat rumit.”

Semakin tingginya kelangkaan bahan-bahan penting adalah tantangan bagi puluhan ribu orang yang meninggalkan rumah mereka tanpa uang atau pakaian. Ada antrian yang sangat panjang di luar pompa-pompa bensin. Air minum sangat terbatas dan harga pangan melonjak di negara itu, yang mengimpor sebagian besar pasokannya dari India.

Seorang perempuan India yang berhasil keluar dari ibukota Nepal mengatakan ia sangat sedih melihat penderitaan bangsa yang miskin itu.

Dia mengatakan hanya sedikit bantuan tersedia, semua orang ada di jalan, seluruh Kathmandu ada di jalan-jalan.

Dana Darurat PBB mengatakan hampir sejuta anak sangat memerlukan bantuan.