Gencatan Senjata di Yaman Berakhir, Serangan Udara Koalisi Dimulai Kembali

Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Hadi (kiri) menghadiri "Konferensi Riyadh untuk Menyelamatkan Yaman dan Membangun Negara Federal" di Riyadh, Arab Saudi (17/5). (AFP/Fayez Nureldine)

PBB mengatakan lebih dari 1.500 orang telah tewas, 6.200 luka-luka dan 450 ribu lainnya mengungsi akibat konflik di Yaman.

Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi memulai kembali serangan udara terhadap gerilyawan Syiah di Yaman setelah berakhirnya gencatan senjata kemanusiaan selama lima hari.

Gencatan senjata itu berakhir Minggu malam (17/5) dan serangan udara pasukan koalisi kembali menghantam beberapa posisi gerilyawan di bagian selatan kota pelabuhan Aden.

Sejak akhir Maret lalu pasukan koalisi telah membom gerilyawan Houthi-Syiah yang didukung Iran di Yaman, yang telah menguasai kota Sana’a.

Minggu pagi pemimpin-pemimpin politik Yaman mengadakan pertemuan di ibukota Riyadh – Arab Saudi guna merundingkan penyelesaian konflik yang sedang terjadi. Tidak ada perwakilan dari gerilyawan Houthi-Syiah yang hadir.

Kelompok Houthi-Syiah telah menolak tujuan utama perundingan tiga hari itu bertema “pemulihan Yaman”, yang secara internasional diakui oleh Presiden Abdurrabu Mansour Hadi.

Presiden Abdurrabu Mansour Hadi mengatakan kepada para peserta perundingan itu bahwa warga Yaman menginginkan stabilitas, yang hanya akan terwujud jika terbentuk pemerintah yang sah di negara itu, dipulihkannya institusi-institusinya negara dan dilucutinya gerilyawan Houthi-Syiah.

Hadi mengecam perebutan kekuasaan yang dilakukan kelompok itu tahun lalu setelah tercapainya perjanjian pembagian kekuasaan politik nasional.

PBB mengatakan lebih dari 1.500 orang telah tewas, 6.200 luka-luka dan 450 ribu lainnya mengungsi akibat konflik di Yaman.