Gencatan Senjata Bertahan di Suriah, Bantuan Kemanusiaan Belum Bisa Disalurkan

Staffan de Mistura, utusan khusus PBB untuk Suriah (Foto: Leonhard Foeger \Pool Photo via AP)

Staffan de Mistura, utusan khusus PBB untuk Suriah, mengatakan kepada wartawan di Jenewa, kekerasan menurun secara signifikan di Suriah dan situasi di lapangan membaik dengan tidak adanya serangan udara.

Gencatan senjata di Suriah yang dimediasi Amerika Serikat dan Rusia secara umum tampaknya berhasil dipertahankan di negara yang dikoyak perang itu. Namun, distribusi bantuan yang menjadi bagian penting kesepakatan itu, masih belum bisa dilangsungkan karena pemerintah Suriah mendesak agar setiap bantuan kemanusiaan ke kota Aleppo harus dikoordinasikan dengan Damaskus.

Lembaga-lembaga bantuan mengatakan mereka menunggu jaminan keamanan tidak hanya dari rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad tapi juga dari pihak-pihak yang berperang di Suriah.

Staffan de Mistura, utusan khusus PBB untuk Suriah, mengatakan kepada wartawan di Jenewa, kekerasan menurun secara signifikan di Suriah dan situasi di lapangan membaik dengan tidak adanya serangan udara.

Namun ia menambahkan bahwa bantuan belum bisa dikirimkan karena pemerintah Suriah belum menyerahkan surat otorisasi ke PBB. Staffan de Mistura berharap, armada bantuan yang menungu di perbatasn Turki-Suriah dapat memulai pengiriman Rabu (14/9) ini ke 250.000, warga sipil di kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak di Aleppo timur.

Sejumlah aktivis, yang meragukan bahwa gencatan senjata bisa bertahan, mengatakan kepada VOA, gencatan yang dimediasi Washington dan Moskow sebelumnya tahun ini hanya bertahan beberapa pekan karena dirusak oleh pemblokiran bantuan kemanusiaan.

"Kami perlu memasuki wilayah di mana situasinya tidak membahayakan,” kata Jens Laerke, juru bicara kantor urusan kemanusiaan PBB (OCHA). Lebih dari setengah juta warga Suriah diperkirakan PBB hidup di kawasan-kawasan yang terkepung itu. [ab/as]