Jalan Menuju Brexit Semakin Berliku

Demonstran anti-Brexit Richard Kirker mengatakan, "Perdana menteri kami berpikir, dan itu memalukan, bahwa ia memilik mandat untuk menekan parlemen dan menggunakan suara konservatif yang mayoritas untuk membawa kita keluar Eropa." (VOA/J. Godman)

Untuk warga Inggris lainnya, perpisahan dengan Uni Eropa seharusnya terjadi lebih cepat. Mereka melihat keputusan Mahkamah Agung sebagai pelanggaran prinsip-prinsip demokrasi karena rakyat telah memberikan suara dalam referendum. (VOA/J. Godman)

Untuk sebagian orang, keputusan Mahkamah Agung adalah kemenangan kecil untuk berjuang agar Inggris tetap ada di dalam Uni Eropa. (VOA/J. Godman)

"Kemenangan untuk demokrasi, dan hantaman untuk pemerintah," tulis seorang anggota parlemen di Twitter. (VOA/J. Godman)

Seorang demonstran anti-Brexit di London. Parlemen Inggris masih terbagi dan jadwal untuk Brexit bisa tertunda. (VOA/J. Godman)

Menteri Luar Negeri Boris Johnson meninggalkan Lancaster House di London setelah mendengarkan pidato Perdana Menteri Theresa May mengenai Brexit (17/1). (Reuters/Leon Neal)

Perdana Menteri Inggris Theresa May menyampaikan pidato mengenai keluarnya negara itu dari Uni Eropa di Lancaster House di London (17/1). (AP/Kirsty Wigglesworth)