Ekonom: Indonesia Sebaiknya Tetap Gunakan Dolar AS dalam Ekspor-Impor

  • Iris Gera

Penggunaan US dolar sebagai alat pembayaran transaksi perdagangan internasional Indonesia masih dipandang menguntungkan.

Meskipun ekspor Indonesia ke Tiongkok meningkat dan posisi Tiongkok di dunia internasional semakin menguat, Indonesia disarankan tetap menggunakan dolar AS dalam transaksi ekspor-impor.

Meskipun perang mata uang global akan berdampak pada perkembangan ekspor impor Indonesia dengan berbagai negara, tetapi menurut ekonom CSIS Pande Radja Silalahi, Indonesia sebaiknya bersikap netral.

“Dari segi ekspor atau pun perdagangan kita kan tidak terpusat lagi ke hanya beberapa negara, sehingga jalan yang paling baik buat Indonesia adalah tidak bereaksi secara berlebih,” jelas Pande Radja Silalahi.

Ia menambahkan untuk saat ini sebaiknya Indonesia tetap menggunakan mata uang dolar Amerika dalam transaksi ekspor-impor. Mata uang lain menurutnya bisa saja digunakan, namun hanya untuk antar pengusaha dan bukan antar pemerintah.

“Saya pikir tidak perlu selalu karena mata uang Cina (Tiongkok) itu tidak covertible kan, tidak bisa kita pertukarkan begitu saja,” ungkap Pande Radja Silalahi.

Menurut Eksekutif Presiden Lembaga Kerjasama Sosial, Ekonomi dan Budaya Indonesia-Tiongkok, Sudrajad DP, Indonesia dapat belajar banyak dari perang mata uang global ini. Menurutnya harus diakui perkembangan industri Tiongkok patut dicontoh karena negara itu semakin mampu memperlihatkan jati dirinya sebagai negara kuat di dunia.

Mata uang Yuan dinilai masih kurang menguntungkan, karena tidak bisa dipertukarkan begitu saja.

“Dimanapun di dunia ini orang Cina (Tiongkok) kan ada, dia punya jaringan, akses di dunia itu disetiap negara itu ada orang-orang Cina (Tiongkok), itu satu, kedua, luas sekali kan negara Cina (Tiongkok) itu jadi tidak konsentrasi dalam satu daerah, dia tiap-tiap provinsi itu punya wewenang untuk mendirikan industri, industri mereka itu sangat pesat karena infrastrukturnya kuat, jadi makanya harganya bisa bersaing di dunia, artinya Indonesia kalau juga mau maju kita tidak bisa lepas harus menggandeng Cina (Tiongkok),” kata Sudrajad DP.

Meski demikian, ditegaskan Sudrajad, mata uang dolar Amerika belum tergantikan oleh mata uang negara manapun untuk digunakan dalam transaksi dagang antar negara, termasuk bagi Indonesia walaupun ekspor Indonesia ke Tiongkok terus meningkat.

“Kalau sampai kesana dia belum, karena belum mengakar, baru tumbuh ekonominya masih fluktuasi. Sekarang walaupun dia punya cadangan devisa sangat tinggi sekali, tetapi kalau dia menjadi mata uang global itu masih perlu waktu. Saya kira kita tetap sementara ini pakai dolar saja dulu, itu sudah menjadi tatanan dunia”

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor Indonesia ke Tiongkok mengalami kenaikan, bahkan Tiongkok berhasil menggeser posisi Amerika yang selama ini menjadi negara andalan tujuan ekspor Indonesia. Pergeseran itu terjadi pada Agustus 2010, padahal sebelumnya Amerika berada di urutan ke dua, kini berada di urutan ketiga. Negara tujuan ekspor Indonesia saat ini yang terbesar adalah Jepang, kemudian Tiongkok dan disusul Amerika, setelah itu Singapura. Untuk impor terbanyak datang dari Tiongkok kemudian Amerika dan disusul Singapura.