Dirjen WHO: Situasi di Tigray, Ethiopia, ‘Mengerikan’

Orang-orang terlantar terlihat di dalam gedung yang sedang dibangun di kampus Shire Universitas Aksum, yang diubah menjadi tempat penampungan sementara bagi para pengungsi akibat konflik, di kota Shire, wilayah Tigray, Ethiopia, 14 Maret 2021. (REUTERS/Baz Ratner/File Photo)

Kawasan Tigray yang dilanda konflik di Ethiopia menghadapi situasi mengerikan dengan orang-orang yang sekarat karena kelaparan, layanan kesehatan hancur dan pemerkosaan “merajalela,” kata Dirjen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus hari Senin.

“Situasi di Tigray, Ethiopia, jika saya gunakan satu kata, mengerikan. Sangat mengerikan,” kata Ghebreyesus yang baru mengunjungi kawasan itu, dalam suatu konferensi pers.

Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers di Jenewa. (Foto: dok).

PM Ethiopia Abiy Ahmed mengirim pasukan ke Tigray pada November lalu setelah menuduh partai berkuasa yang pernah mendominasi kawasan itu mengatur serangan terhadap kamp-kamp militer federal.

Abiy, seorang pemenang Hadiah Nobel Perdamaian, menyatakan kemenangan pada akhir bulan itu sewaktu militer memasuki ibu kota Tigray, Mekele. Tetapi pertempuran berlanjut dan konflik selama enam bulan telah memicu tuduhan pembantaian dan pemerkosaan oleh pasukan Ethiopia dan tentara dari negara tetangga, Eritrea.

Tedros menyatakan bahwa sekitar lima juta orang di kawasan itu kini membutuhkan bantuan kemanusiaan, dan khususnya bantuan makanan. “Banyak orang mulai sekarat karena kelaparan, dan malnutrisi yang parah serta akut semakin merajalela,” ujarnya.

Sebuah bus yang membawa para pengungsi tiba di sekolah dasar Tsehaye, yang diubah menjadi tempat penampungan sementara bagi para pengungsi akibat konflik, di kota Shire, wilayah Tigray, Ethiopia, 14 Maret 2021. (REUTERS / Baz Ratner / File Photo)

Selain itu, ratusan ribu orang telah mengungsi dari kediaman mereka, dengan 60 ribu lebih di antaranya melarikan diri ke Sudan. Pada saat bersamaan, layanan kesehatan telah dijarah dan dihancurkan, lanjut Tedros seraya menambahkan bahwa “mayoritas layanan kesehatan tidak berfungsi.” [uh/ab]