Di AS Kematian Akibat Hepatitis C Lebih Tinggi daripada HIV/AIDS

  • Art Chimes
    Zefanya Rampengan

Telaprevir adalah satu dari dua jenis obat yang diperkirakan bisa memperbaiki tingkat penyembuhan penyakit hepatitis c.

Semakin banyak orang Amerika yang kini meninggal akibat hepatitis C daripada karena HIV/AIDS.

Para peneliti di Pusat Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Amerika (CDC) menggunakan surat keterangan kematian untuk melacak kasus-kasus korban meninggal akibat tertular tiga jenis virus - hepatitis B, hepatitis C, dan HIV/AIDS - selama hampir satu dasawarsa mulai tahun 1999.

Selama sembilan tahun kematian akibat HIV terus berkurang karena program-program pencegahan mulai menunjukkan hasil dan pengobatan yang lebih baik kian banyak tersedia. Pada saat bersamaan, kasus hepatitis C merangkak naik, dan pada tahun 2007, lebih banyak orang Amerika yang meninggal akibat virus tersebut daripada karena virus penyebab AIDS, HIV.

Kematian akibat hepatitis B relatif konstan selama penelitian, dan penyakit ini hanya menyebabkan sebagian kecil saja kematian dibandingkan akibat dua virus lainnya.

Salah seorang penulis laporan penelitian itu, John Ward, Direktur Divisi Hepatitis CDC, mengatakan, kenaikan jumlah kematian akibat hepatitis C tidak mengindikasikan semakin banyak orang yang tertular.

“Jumlah kematian akibat hepatitis C meningkat karena orang-orang yang tertular virus ini bertambah usianya hingga ke periode hidup di mana mereka kemudian mengalami sirosis hati atau kanker hati yang disebabkan tertular virus ini,” ujarnya.

Hepatitis C ditemukan pada tahun 1989, dan Ward mengatakan sebagian besar dari tiga juta orang Amerika yang tertular virus ini telah terpapar virus tersebut sebelumnya, misalnya melalui transfusi darah yang tercemar atau karena menyuntikkan obat-obat terlarang. Seseorang bisa mengidap virus itu selama puluhan tahun tanpa menunjukkan gejala apapun, hingga muncul penyakit hati serius, bahkan kerap mematikan.

Ward mengatakan keberhasilan melawan HIV/AIDS dapat menjadi peta jalan untuk mengatasi hepatitis C. Ini mencakup lebih banyak tes pada mereka yang berisiko, khususnya yang lahir antara tahun 1945 dan 1965, dan mengembangkan jejaring perawatan yang kuat untuk menjangkau pasien dengan obat terbaru yang mujarab.

“Kalau kami mengatakan ampuh, ini berarti kami berbicara tentang pemberantasan penularan virus, yang pada dasarnya adalah pengobatan penyakit itu, bukannya terapi kronis seumur hidup atau terus menerus, tetapi tentu saja perawatan yang bagi 70 persen pengidapnya dapat mengarah pada pemberantasan virus itu,” ujarnya lagi. Ia mengatakan upaya tersebut dapat menyelamatkan 80 ribu hingga 120 ribu jiwa dalam beberapa tahun mendatang.

John Ward dan para sejawatnya melaporkan temuan mereka dalam Annals of Internal Medicine.