Dampak Ekonomi Demonstrasi 22 Mei Dinilai Hanya Sementara

(Ki-Ka) Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam Konferensi Pers peluncuran

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengatakan imbas aksi 22 Mei terhadap perekonomian Indonesia hanya sementara saja. Target pertumbuhan ekonomi pun tidak akan terganggu, tambahnya.

Aksi menolak hasil pemilihan presiden pada 21-22 Mei kemarin menimbulkan sejumlah dampak, utamanya terhadap perekonomian di tanah air. Meski begitu, Meko Perekonomian Darmin Nasution menegaskan bahwa dampak ekonomi ini hanya sementara.

Menko Perekonomian Darmin Nasution (foto: VOA/Nurhadi Sucahyo)

“Itu tidak apa-apa, itu gejolak sementara saja, sebentar lagi juga tenang,” ungkapnya di kantornya di Jakarta, Kamis (24/5).

Your browser doesn’t support HTML5

Dampak Ekonomi Demonstrasi 22 Mei Dinilai Hanya Sementara

Ia pun mengatakan wajar saja memang kalau sejumlah perusahaan asing dan ritel serta pusat perbelanjaan ada yang tidak beroperasi, namun ia optimis bahwa hal ini berangsur-angsur akan pulih kembali.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini tidak memungkiri bahwa ketidakstabilan situasi politik dan keamanan berimplikasi terhadap perekonomian, utamanya terhadap pertumbuhan investasi, namun ia yakin investor akan tetap menanamkan modal di Indonesia.

“Bukan tidak mempengaruhi, selalu ada saja. Artinya dalam situasi seperti ini orang pasti lihat dulu, tunggu dulu, tapi sebentar ada waktunya untuk tenang kembali, sehingga tidak perlu kemudian dianggap 'oh ini investasi, ini kan bukan cerita tahun ini.' Ini tapi hanya minggu ini saja,” papar Darmin.

Darmin berharap permasalahan ini bisa diselesaikan sesuai dengan aturan hukum dan demonstrasi tidak meluas lagi.

Pengamat INDEF Juga Nilai Dampak Aksi Hanya Bersifat Sementara

Senada dengan Darmin, pengamat ekonomi INDEF Bhima Yudistira mengatakan bahwa dampak aksi 21-22 Mei kemarin hanya akan bersifat temporer saja. Para investor, kata Bhima saat ini masih menunggu pulihnya situasi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) agak sedikit menurun, sementara nilai tukar rupiah mengalami depresiasi hari Rabu (22/5), namun berkat mulai pulihnya situasi, IHSG hari Kamis (23/5) rebound hingga 1,3%.

Menurut Bhima para elit politik harus segera rekonsiliasi agar investasi tidak terganggu, atau membuat investor berpikir dua kali untuk menanamkan investasi.

“Untuk investor asing, politik jadi pertimbangan. Karena memang bagaimana pun juga kemarin restoran tutup, pusat perbelanjaan tutup. Kalau investor mau taruh uang di sektor ritel, kan tentunya berarti labanya akan tergerus, pengembalian investasinya akan berkurang. Tapi ada pula faktor global, seperti sekarang ada perang dagang Amerika-China, Brexit, ketegangan politik Amerika-Iran di Timur Tengah; itu yang jadi concern juga bagi para investor. Jadi menurut saya faktor global dan domestik pengaruh. Tinggal nih bagaimana sebenarnya mengelola rekonsiliasi antara sesama elit dan pendukung, jadi elitenya dulu harus rekonsiliasi, pertemuan, dialog terbuka. Ya kita mengakui jalur konstitusional jalur yang paling tepat, kalau itu tidak dilakukan ya investor akan melihat potensi laten dari adanya gejolak politik ini bakal panjang ,itu yang gak enak,” ungkapnya kepada VOA.

Selain itu, Bhima mengatakan pelaku ekonomi di tanah air sudah pasti mengalami dampak angsung aksi 21-22 Mei kemarin. Ia mencontohkan pengusaha UMKM di daerah yang tidak bisa mendapat bahan baku dari Jakarta sehingga tidak dapat produksi. Otomatis hal ini, ujarnya, akan mengganggu perekonomian di daerah.

Senada dengan sejumlah pakar politik lain, Bhima menilai pemerintah harus mengambil tindakan tegas terhadap para demonstran yang melakukan aksi kekerasan sehingga muncul kepercayaan dari berbagai pihak atas kemampuan pemerintah memulihkan situasi, termasuk kepercayaan investor. [gi/em]