Capres Partai Hijau AS: Ada Cara Kalahkan Clinton dan Trump

Calon Presiden AS dari Partai Hijau, Jill Stein saat kampanye di Philadelphia, 27 Juli 2016 lalu (foto: dok).

Jill Stein menyebut Hillary Clinton memiliki rekam jejak yang bermasalah dan menggambarkan Donald Trump sebagai pribadi yang rasis.

Calon Presiden dari Partai Hijau Jill Stein menyatakan bahwa ia mungkin terpilih menjadi presiden Amerika Serikat, terlepas dari tantangan berupa sistem dua partai yang biasanya terjadi dalam Pilpres.

Dalam acara dialog yang digelar CNN Rabu kemarin, Stein menyebut Hillary Clinton memiliki rekam jejak yang bermasalah dan menggambarkan Donald Trump sebagai pribadi yang suka menjelek-jelekkan kaum imigran, xenofobia dan juga rasis.

Jill Stein mengatakan, “Saya akan sulit tidur seandainya Donald Trump menjadi presiden, begitu juga jika Hillary yang terpilih.”

Pada tahun 2000, calon presiden Partai Hijau Ralph Nader memperoleh suara di bawah 3 persen, yang dipercaya menjadi penyebab kekalahan Al Gore, calon presiden dari Partai Demokrat, dari calon presiden Partai Republik, George Bush. Meski demikian, Jill memiliki target lain untuk pencalonannya saat ini.

Jill Stein mengatakan, “Bukan memecah suara dukungan, tetapi membalikkan suara terhadap kita yang tidak diunggulkan, sehingga kita bisa menjadi unggulan dan berdiri tegak dengan keyakinan kita.”

Sebagian besar keyakinannya untuk menang adalah rencananya untuk menarik suara 43 juta generasi muda yang terlilit utang untuk biaya sekolah. Jill bermaksud menghapuskan utang tersebut melalui tindakan bank sentral (Federal Reserve) yang membuat anak-anak muda tersebut dapat menggunakan uang yang mereka miliki untuk bidan-bidang ekonomi lainnya dan bukannya untuk membayar pinjaman tersebut.

“Ini buruk bagi mereka dan masyarakat, karena generasi mudalah yang akan membimbing kita untuk menciptakan masa depan ekonomi dan memimpin perubahan sosial bangsa yang sangat kita butuhkan saat ini.”

Ia juga ingin menciptakan lapangan kerja melalui rencananya untuk mengalihkan secara bertahap industri energi nasional ke sumber-sumber energi terbarukan sepenuhnya pada tahun 2030. Terkait militer, Jill ingin memangkas 50 persen pengeluaran, menghentikan penggunaan serangan drone dan menutup semua pangkalan militer AS di luar negeri.

“Menggratiskan pendidikan tinggi dan fasilitas kesehatan sesuai HAM, mempermudah pengurusan kewarganegaraan, menghentikan kekerasan oleh polisi, menciptakan kebijakan luar negeri yang sesuai dengan hukum internasional, HAM dan keadilan ekonomi, bukannya dominasi militer dan ekonomi yang berdampak buruk bagi kita,” jelas Jill mengenai program kerjanya.

Satu rintangan yang harus dihadapi Jill yaitu menandingi popularitas Trump dan Clinton yang berasal dari dua partai besar yang selalu mendapat sorotan. Jill merilis surat terbuka yang mengajak Trump dan Clinton untuk ikut serta dalam sebuah debat bersama dirinya dan capres Partai Libertarian Gary Johnson.

Ada empat debat yang direncanakan, tetapi komisi yang menangani acara ini mensyaratkan seorang kandidat memiliki minimal 15 persen suara dukungan dalam lima jajak pendapat nasional untuk dapat ikut serta. Survey terakhir menunjukkan Gary Johnson mengumpulkan 8 persen suara, sementara Jill hanya 3 persen, yang berarti keduanya tidak memenuhi syarat mengikuti debat.

Dalam suratnya, Jill Steins mengemukakan, “Debat capres adalah acara terpenting dalam rangkaian kampanye capres. Debat itu seharusnya memberi kesempatan kepada masyarakat untuk melihat semua kandidat yang tercetak dalam surat suara mereka mendiskusikan isu-isu penting di negeri ini tanpa naskah, sehingga masyarakat dapat mengambil keputusan yang matang.” [rd/uh]