Buruh Migran di Lebanon Hadapi Kekerasan

Diperkirakan ada lebih dari 200.000 pekerja migran di Lebanon, banyak diantaranya menghadapi penindasan dan tidak diizinkan keluar rumah oleh majikan mereka. (VOA/John Owens)

Salah satu tempat perlindungan Caritas untuk buruh migran di Lebanon. Kekerasan terhadap pekerja domestik migran di Lebanon umum terjadi. (VOA/John Owens)

Aishani mengklaim ia melarikan diri setelah majikannya memukulnya dan tidak membayar gajinya selama lebih dari dua tahun. (VOA/John Owens)

Dua perempuan dalam pertunjukan seni Sri Lanka di Beirut yang menggambarkan kesulitan dan bahaya bermigrasi di negara baru. (VOA/John Owens)

Pembukaan pertunjukan seni Sri Lanka yang ditampilkan oleh komunitas migran di Beirut yang berlangsung pada hari Minggu, hari libur satu-satunya buruh migran, meski banyak yang tidak mendapat libur sama sekali. (VOA/John Owens)

Pelatihan komputer yang diberikan oleh Pusat Komunitas Migran di Beirut. (VOA/John Owens)

Lewat sistem ‘Kafala’, lumrah bagi seorang majikan untuk menyimpan dokumen-dokumen penting pekerja domestik. (VOA/John Owens)

Misa di Gereja St. Joseph di Beirut, yang memiliki banyak jemaat dari komunitas migran Filipina. (VOA/John Owens)

Gereja-gereja telah lama menyediakan ruang komunal untuk para pekerja migran di Lebanon, banyak diantaranya yang hanya mendapat hari libur atau diizinkan keluar pada hari Minggu. (VOA/John Owens)

Pemetaan negara-negara asal buruh migran yang menghadiri kursus di Pusat Komunitas Migran di Beirut. Sebagian besar berasal dari Ethiopia, sementara ribuan lainnya darang dari Bangladesh, Filipina dan Sri Lanka setiap tahun. (VOA/John Owens)

Rahel Zegeye menyediakan makan siang bagi majikannya. Ia memiliki hubungan baik dengan sang majikan, namun banyak pekerja migran lain tidak seberuntung dia, dengan tingkat bunuh diri tinggi di antara buruh migran. (VOA/John Owens)

Pindah dari Ethiopia ke Lebanon lebih dari 10 tahun yang lalu, Rahel Zegeye ingin melihat serikat buruh migran berkembang. (VOA/John Owens)

Lebih dari 300 pekerja migran menghadiri peluncuran serikat mereka Januari lalu. Pemerintah langsung menyebutnya 'ilegal'. (VOA/John Owens)