Biden Sambut Kepala Bank Dunia yang Baru

Ajay Banga, mantan CEO Mastercards, berbicara kepada wartawan di New York, pada 6 April 2011. (Foto: AP/Seth Wenig)

Presiden Joe Biden memuji kepala baru Bank Dunia sebagai pemimpin “transformatif” yang akan mengintegrasikan perubahan iklim ke dalam daftar tantangan yang dihadapi lembaga pemberi pinjaman itu dalam pekerjaannya dengan negara-negara berkembang.

Pada Rabu (3/5), direktur eksekutif Bank Dunia memilih calon yang dinominasikan oleh Biden, Ajay Banga, untuk memimpin lembaga tersebut. Banga, yang lahir di India dan mendapat naturalisasi sebagai warga AS, adalah mantan eksekutif perusahaan kartu kredit.

“Ajay Banga akan menjadi pemimpin transformatif, membawa keahlian, pengalaman, dan inovasi ke posisi presiden Bank Dunia,” kata Biden dalam sebuah pernyataan. “Dan bersama dengan kepemimpinan dan pemegang saham Bank Dunia, ia akan membantu mengarahkan lembaga tersebut saat tumbuh dan berkembang untuk mengatasi tantangan global yang secara langsung memengaruhi misi utamanya untuk pengentasan kemiskinan—termasuk perubahan iklim.”

Presiden Bank Dunia saat ini, David Malpass, mengundurkan diri pada bulan Februari lalu di tengah seruan pemecatannya karena pernyataan Malpass yang tampaknya meremehkan peran aksi manusia dan bahan bakar fosil dalam menciptakan perubahan iklim. Ia akan mundur pada bulan Juni mendatang, dengan sisa waktu kurang dari satu tahun dalam masa jabatan lima tahunnya.

BACA JUGA: Morgan Stanley akan PHK 3.000 Karyawan pada Kuartal Kedua

Dewan bank tersebut dalam sebuah pernyataan mengatakan mereka berharap dapat bekerja sama dengan Banga, yang merupakan mantan CEO Mastercard, “pada semua ambisi dan upaya Grup Bank Dunia untuk mengatasi tantangan pembangunan terberat yang dihadapi negara-negara berkembang.”

Profesor Universitas Cornell Richard Clark, yang mempelajari pembuatan kebijakan di Bank Dunia, mengatakan Banga “menghadapi tekanan mengarahkan kembali portofolio pinjaman Bank Dunia untuk mengatasi perubahan iklim secara lebih agresif. Ia bisa melakukan ini dengan beberapa cara, tetapi masing-masing cara ada kelemahannya sendiri.”

Clark memaparkan tiga opsi dalam siaran pers Universitas Cornell, salah satunya adalah Banga bisa meminta lebih banyak sumber daya kepada negara anggota, tetapi pimpinan Departemen Keuangan AS mengatakan ia akan menentang langkah tersebut. [my/jm]