Biden Ingin Bersihkan Citra AS sebagai Penimbun Vaksin dalam KTT G-7

Presiden AS Joe Biden bersama PM Inggris Boris Johnson menjelang KTT G-7 di Carbis Bay, Cornwall, Inggris, 10 Juni 2021. (REUTERS/Toby Melville/Pool)

Sehari sebelum dimulainya KTT G-7 pada hari Jumat (11/6) di Inggris, PM Boris Johnson mengumumkan bahwa kelompok tersebut siap mendonasikan satu miliar dosis vaksin COVID kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Pengumuman Johnson itu dikeluarkan setelah pernyataan penting Presiden AS Joe Biden yang mengemukakan, “Amerika Serikat akan membeli setengah miliar dosis COVID-19 buatan Pfizer untuk didonasikan kepada hampir 100 negara yang sangat membutuhkan dalam memerangi pandemi ini.”

Inggris akan menyumbangkan 100 juta dosis vaksin.

“Sebagai hasil keberhasilan program vaksin Inggris, kami kini berada dalam posisi untuk berbagi sebagian surplus dosis kami dengan mereka yang membutuhkannya,” kata Johnson. “Dalam melakukannya, kami akan mengambil langkah besar untuk mengalahkan pandemi ini untuk selamanya.”

Vaksin sumbangan AS akan mulai dikirim pada bulan Agustus “begitu selesai diproduksi,” kata Biden di Cornwall hari Kamis. Ia menambahkan bahwa 200 juta dosis akan dikirim pada akhir tahun ini dan 300 juta lainnya pada semester pertama 2022.

Biden mengatakan sumbangan itu diberikan tanpa pamrih.

BACA JUGA: Biden Tegaskan Hubungan Khusus AS-Inggris

“Donasi vaksin kami tidak memuat tekanan untuk perlakuan khusus atau kemungkinan konsesi. Kami melakukan ini untuk menyelamatkan jiwa, untuk mengakhiri pandemi ini,” katanya.

Albert Bourla, CEO Pfizer, bergabung dengan Biden dalam pengumuman itu.

“Kami sedang menguji respons vaksin kami terhadap varian-varian yang baru muncul,” kata Bourla. Ia menyatakan bahwa sejauh ini tidak ada satu varian pun yang lolos dari perlindungan yang diberikan oleh vaksin.

Vaksin COVID-19 produksi Pfizer. (Foto: ilustrasi).


Dengan janji donasi itu, AS juga ingin membebaskan diri dari reputasi tidak menyenangkan sebagai penimbun vaksin.

Langkah ini merupakan isyarat bahwa AS “tidak berfokus terlalu sempit dan ke dalam,” kata Leslie Vinjamuri, direktur program AS dan Amerika di lembaga kajian Chatham House. Ia mengatakan hal ini telah menjadi keprihatinan global yang mendalam semasa pemerintahan mantan presiden Donald Trump serta pada bulan-bulan awal masa pemerintahan Biden, sewaktu Washington tidak berbagi dosis vaksin meskipun memiliki banyak kelebihan pasokan.

COVAX

Vaksin tersebut, yang dikirim AS melalui mekanisme berbagi vaksin PBB, COVAX, merupakan tambahan bagi 80 juta dosis yang telah dijanjikan AS untuk dikirim pada akhir Juni. Selain itu, AS telah menyumbangkan 2 miliar dolar untuk COVAX.

BACA JUGA: AS akan Donasikan 500 Juta Dosis Vaksin Pfizer ke Seluruh Dunia

AS pada awalnya menjanjikan tambahan 2 miliar dolar untuk COVAX tetapi sekarang mengarahkan dana tersebut untuk membantu membayar 500 juta dosis yang disumbangkan, yang diperkirakan bernilai 3,5 miliar dolar.

Berbagai organisasi bantuan kemanusiaan memuji langkah tersebut. [uh/ab]